Kondisi tentang diplomasi sandera dari Korut, mengingat kematian mahasiswa AS |
2017-06-29
|
|
Pada tgl.19 Juni, seorang mahasiswa Amerika Otto Warmbeir meninggal dunia 6 hari setelah dia dipulangkan dalam keadaan koma, setelah dilepaskan dari penahanannya yang lama di Korea Utara. Mengingat kematian pemuda tersebut, sorotan baru diarahkan pada perlakuan kejam dan brutal terhadap warga negara asing yang ditahan di negara itu. Korea Utara telah menahan warga negara asing untuk menggunakan mereka sebagai sarana ‘diplomasi’. Secara khusus, warga Amerika Serikat telah digunakan sebagai keping tawar-menawar dalam negosiasi nuklir atau rudal negara komunis itu.
Kurang dari satu minggu menyusul kematian Warmbier, Korea Utara mengeluarkan pernyataan resmi yang menyebutkan bahwa kematiannya yang mendadak juga menjadi misteri bagi mereka. Para pejabat Korea Utara juga menyebut diri mereka sebagai korban terbesar, sembari mengklaim bahwa Warmbier menerima perawatan medis dengan ketulusan penuh atas dasar kemanusiaan hingga dia kembali ke AS. Tuduhan dan kemarahan global yang disebabkan oleh kematian Warmbier diperkirakan akan berdampak negatif dalam hubungan antara Pyongyang dan Washington.
Pemerintah Korea Selatan menyampaikan bela sungkawa atas kematian Warmbier, dan mendesak Pyongyang segera membebaskan semua warga AS dan Korea Selatan yang ditahan di negara komunis itu. Tetapi seluruh komunikasi antar Korea tetap terputus setelah pengoperasian kawasan industri gabungan Gaeseong dihentikan secara menyeluruh pada bulan Februari, sehingga Korea Selatan tidak memiliki sarana untuk mengetahui bagaimana tahanan Korea Selatan dirawat, apalagi menuntut pengembalian mereka.
Terkait kematian Warmbier, Korea Utara tampaknya mengakui kepada dunia bahwa negaranya adalah pelanggar hak asasi manusia terburuk di dunia. Korea Utara tengah menghadapi angin yang tak menguntungkan dalam diplomasi sandera, karena sanksi terhadap rezim Pyongyang oleh AS dan masyarakat internasional diperkerakan akan makin dipertegas. |
|