KBS WORLD Radio
Pertemuan segi-6
Pertemuan Pertama
Pertemuan ke-2
Pertemuan ke-3
Pertemuan tahap
ke-4 (Sesi pertama)
Pertemuan ke-4
(sesi ke-2)
Pertemuan tahap
ke-5 (sesi pertama)
Pertemuan ke-5
(sesi kedua)
Pertemuan ke- 5
(sesi 3)
Pertemuan tahap
ke-6
Pertemuan ketua
juru runding sesi
pertama pertemuan
segi-6 tahap ke-6
Sesi kedua dalam
Pertemuan segi 6
tahap ke-6
Pertemuan ketua
juru runding sesi
kedua pertemuan
segi-6 tahap ke-6
Negara pemilik nuklir
di dunia
Untitled Document
   
Garis Besar
Waktu dan tempat 27~29, 2003 (Beijing, China)
Ketua juru runding  Wakil menteri luar negeri dan perdagangan Korea, Lee Soo-hyuk
   Wakil menteri luar negeri Korut ,
Kim Young-il
    James Kelly, Asisten menteri urusan kawasan Asia Timur dan Pasifik Deplu AS
    Wakil menteri luar negeri China, Wang Yi
    Direktur bagian urusan Asia dan Pasifik Deplu Jepang, Yabunaka Mitoji
    Wakil Menlu Rusia, Alexander Losyukov
Hasil
Gagal untuk mencapai kesepakatan, hanya mengumumkan ‘pernyataan singkat ketua pertemuan ’ untuk mengadakan pertemuan berikutnya.
Isu utama
A.S. menekankan bahwa Korea Utara harus lebih dahulu membuang program nuklirnya / menunjukkan sikap kurang suka terhadap pelaksanaan pertemuan bilateral (AS dan Korut)

Pembahasan tentang penyerahan bantuan politik dan ekonomi tidak bisa dibahas sampai Korea Utara menyelesaikan pelucutan senjata secara menyeluruh, teruji, dan tidak dapat diubah, CVID terhadap program nuklir Korut.
Menolak pertemuan bilateral antara AS dan Korea Utara untuk menuntaskan krisis. Pertemuan bilateral untuk menormalisasi hubungan kedua negara akan dapat dilaksanakan setelah Korea Utara lebih dahulu melakukan CIVD (perjanjian non-agresi yang dituntut oleh Korut tidak tepat)

Korea Utara menekankan prinsip ‘aksi banding aksi’

Korea Utara mengklaim bahwa walaupun Korea utara memiliki prinsip denuklirisasi, tetapi ‘kebijakan permusuhan AS’ terhadap Korut mamaksa pihak Pyongyang untuk memiliki kekuatan nuklir untuk pertahanan diri.
AS mengendurkan ‘kebijakan bermusuhan’, sebagai kunci utama untuk menuntaskan krisis Korea Utara menuntut : Perjanjian non-agresi AS dan Korea Utara / normalisasi hubungan AS dan Korut / Pencabutan sanksi ekonomi
Tindakan untuk menuntaskan masalah krisis nuklir harus dilaksanakan dengan bentuk ‘tindakan yang berkelanjutan’
Cara penyelesaian krisis 4 tahap yang diusulkan oleh Korut
(penuntasan secara menyeluruh dan berkelanjutan)
Korut (Pembekuan program)
A.S. (Imbalan)
Deklarasi pembuangan program nuklir Perjanjian imbalan atas pembekuan program nuklir
[Korut ‘kata banding kata’]
Pembekuan fasilitas dan pengolahan bahan nuklir/Menerima pemeriksaan Pencabutan dari daftar negara pendukung teror
Pencabutan sanksi ekonomi terhadap Korut
Peningkatan bantuan kemanusian (pangan)
Bantuan energi (sekitar 2 juta kw)
Penuntasan masalah rudal
(pembekuan peluncuran uji coba rudal,
penghentian ekspor rudal)
Normalisasi hubungan AS – Korut,
dan hubungan Jepang- Korut
Penutupan fasilitas nuklir Penyelesaian pembangunan reaktor air-ringan
China mengakui usulan Korut sebagai permintaan 'pantas'
( menuntut pertemuan bilateral AS dan Korut).


Permintaan yang diajukan oleh Korea Utara (perjanjian non-agresi, normalisasi hubungan AS dan Korut , dan pembangunan perdagangan dengan negara lain) sangat adil dan masuk akal/ Perjanjian non-agresi harus dibahas melalui dialog bilateral AS-Korut.
Denuklirisasi Semenanjung Korea dan menjamin keamanan rejim Korea Utara harus dituntaskan dengan sekaligus.

※ Selama pertemuan tahap pertama, China memainkan peranan yang sukses sebagai koordinator /pengantara.

Korea Selatan mengusulkan agar rangkaian tindakan dilakukan secara serempak.

Korsel menujukkan niatnya untuk mematuhi Deklarasi Bersama 15 Juni dengan setia dan melanjutkan pemberian bantuan kemanusiaan.
Mengusulkan urutan tindakan secara serempak di bawah prinsip bahwa isu nuklir perlu dituntaskan dengan upaya yang menyeluruh.
Evaluasi tentang hasil pertemuan segi-6 pertama

AS dan Korea Utara menegaskan perbedaan pandangan yang cukup jauh

Pertemuan pertama adalah arena dimana bisa melihat perbedaan pandangan antara AS dan Korea Utara secara ekstrim, hingga berakhir dengan persetujuan mengadakan pertemuan berikutnya.

Korea Utara mengatakan “pertemuan segi-6 tidak berguna”

Tanggal 30 Agustus(dua hari setelah pertemuan segi-6 pertama berakhir), juru bicara departemen luar negeri Korut dalam jumpa pers dengan badan Siaran Sentral Choseon mengomentari bahwa “pertemuan segi-6 hanya pembahasan sia-sia yang tidak bernilai”. “Kami tidak bisa berharap atau tertarik dalam pertemuan itu”. Ditambahkan, “kami menegaskan kembali bahwa kami tidak memiliki pilihan lain hanya melanjutkan peningkatan kemampuan nuklir sendiri untuk tujuan pertahanan diri”.

A.S. – Peningkatan suara garis keras dalam negeri

Gedung Putih dan departmen luar negeri menilai pertemuan itu berhasil, sedangkan kelompok garis keras AS mengecam hasil pertemuan itu.
Media AS hanya menekankan pada tindakan pengumuman Korea Utara 30 Agustus, hingga lebih berkonsentrasi pada perlunya reaksi keras terhadap Korea Utara daripada analisa dan penelitian proses pertemuan.

China – menuntut sikap yang lebih positif dari AS

Cina menunjukkan sikap memahami pengumuman Korea Utara yang sering mengancam , sebagai ‘tindakan untuk memiliki kekuatan negosiasi‘ , dan mengkritik kebijakan Washington yang tidak jelas terhadap Korea Utara.
Pada 1 September, ketua juru runding Cina, Wang Yi mengatakan bahwa penghalang terbesar bagi perkembangan masalah nukir adalah kebijakan AS terhadap Korea Utara, dan dia mendesak agar AS lebih bersikap positif dan kompromi dengan Korea Utara.