Menlu Korsel dan Indonesia Bertemu di Seoul, Bahas Lanjutan Proyek KF-21
2024-03-19 14:40:05
AS dan China sepakat untuk mengeluarkan diri dari perang perdagangan antar-negara, meskipun hanya untuk sementara. Atas langkah tersebut, risiko eksternal Korea Selatan yang merupakan eksportir ketujuh terbesar di dunia tampak akan segera berkurang.
Perekonomian Korea Selatan sangat bergantung pada ekspor, terutama pada AS dan China. Oleh karena itu, sengketa perdagangan AS dan China merupakan risiko eksternal terbesar bagi eskpor Korea, bahkan ekonomi Korea secara menyeluruh. Perubahan skala perdagangan antara AS dan China akan berdampak langsung pada ekspor Korea. Jika AS mengenakan tarif tinggi atas produk China dan menyebabkan penurunan ekspor China ke AS, maka ekspor Korea menuju China ikut berkurang. Hal itu muncul karena Korea Selatan mengekspor bahan setengah jadi ke China.
Muncul kekhawatiran atas kerugian ekspor Korea yang meningkat akibat perang perdagangan AS dan China. Apabila AS menegenakan tarif 25 persen pada barang impor dari China yang bernilai 50 miliar dolar, atau 10 persen dari total barang impor dari China, impor AS terhadap China akan berkurang 10 persen. Dalam kasus ini, jumlah penurunan ekspor Korea ke China diperkirakan akan mencapai 28,26 miliar dolar. Angka itu tercatat sekitar 20 persen dari jumlah ekspor ke Chian dan 5 persen dari jumlah total ekspor Korea.
Kekhawatiran tersebut menjadi nyata saat rasio pertumbuhan ekspor Korea di bulan November menurun tajam, dari 22,7 persen di bulan Oktober menjadi hanya 4,5 persen. Selain itu, tingkat pertumbuhan ekspor Korea pada tahun lalu berada di posisi puncak 10 eksportir terbesar global dan turun ke posisi ke-8 pada triwulan pertama tahun ini. Penurunan tersebut muncul setelah perang perdagangan antara AS dan China berlangsung.
Kesepakatan Trump dan Xi Jinping tampak sebagai usaha dua negara untuk melepaskan diri dari keruntuhan ekonomi. Meksipun demikian, masih adanya kemungkinan bahwa konflik akan kembali berkembang. Saat ini Korea Selatan perlu mengatur jaringan produksi setiap industri dan memanfaatkan FTA secara efektif. Pemerintah mengatakan pihaknya akan mengambil tanggapan dengan tetap memantau ketat kebijakan AS dan tanggapan China selama perundingan bilateral yang akan berlangsung dalam 90 hari mendatang.
2024-03-19 14:40:05
2024-03-14 15:36:42
2024-02-02 14:21:28