Menlu Korsel dan Indonesia Bertemu di Seoul, Bahas Lanjutan Proyek KF-21
2024-03-19 14:40:05
Pameran “Patung Seorang Gadis Perdamaian” di Jepang yang dihentikan akibat tekanan dari pemerintah dan kelompok sayap kanan Jepang, akan kembali digelar di Jepang.
Komite penyelenggara Aichi Triennale 2019 dan komite pelaksana pameran ‘pasca ketidakbebasan ekspresi’ menyepakati pembukaan kembali pameran tersebut.
“Patung Seorang Gadis Perdamaian” yang melambangkan korban wanita perbudakan syahwat dipamerkan di pameran ‘pasca ketidakbebasan ekspresi’ pada Aichi Triennale 2019 yang dibuka tanggal 1 Agustus lalu. Pameran ini menarik perhatian banyak orang karena patung tersebut pertama kali dipamerkan di gedung seni nasional Jepang.
Namun, pameran itu langsung dihentikan karena adanya tekanan dari pemerintah dan kelompok sayap kanan Jepang. Gubernur prefektur Nagoya, Takashi Kawamura secara umum meminta penghentian pameran tersebut dan Kepala Sekretaris Kabinet Jepang, Yoshihide Suga juga menyebut kemungkinan penghentian pemberian dana bantuan untuk Aichi Triennale.
Komite pelaksana pameran ‘pasca ketidakbebasan ekspresi’ membawa kasus penghentian pameran patung tersebut ke pengadilan daerah Nagoya dan pada akhirnya tercapai kesepakatan dengan pihak Aichi Triennale.
Karena Aichi Triennale 2019 akan selesai pada tanggal 14 Oktober, “Patung Seorang Gadis Perdamaian” hanya dapat dipamerkan selama satu minggu terakhir.
Patung yang melambangkan wanita perbudakan syahwat ini, pertama kali ditempatkan di depan gedung Kedutaan Besar Jepang di Seoul dengan dana kumpulan masyarakat sipil pada tanggal 14 Desember 2011, ketika menyambut unjuk rasa hari Rabu yang keseribu untuk menyelesaikan isu wanita perbudakan syahwat pada masa Perang Jepang.
Patung itu berupa seorang gadis yang duduk di kursi dengan pakaian tradisional Korea, Hanbok, dan potongan rambut pendek. Patung yang dibuat oleh seniman suami istri Kim Un-seong dan Kim Seo-kyeong itu, ditempatkan di depan gedung Kedutaan Besar Jepang. Patung setinggi 130 sentimeter ini menggambarkan gadis berusia 14-16 tahun yang dibawa oleh tentara Jepang secara paksa. Sebuah kursi kosong di sebelah patung gadis tersebut bermaksud agar mereka yang melihat patung tersebut dapat ikut merasakan perasaan korban. Patung seorang gadis perdamaian kemudian ditempatkan di beberapa kota, baik di dalam maupun luar Korea dan menjadi simbol hak asasi perempuan.
Pameran ulang “Patung Seorang Gadis Perdamaian” memperlihatkan secara serentak penyangkalan masyarakat Jepang terhadap kelompok sayap kanan Jepang tentang sejarah dan nurani masyarakat Jepang yang ingin mempertahankan kebebasan berekspresi. Hal ini menunjukkan adanya harapan untuk menyelesaikan masalah sejarah, walau ada kelompok yang menghalanginya di Jepang.
Meskipun menghadapi kesulitan, penghentian pameran “Patung Seorang Gadis Perdamaian” menjadi kesempatan untuk memperkenalkan isu wanita perbudakan syahwat oleh tentara Jepang ke masyarakat internasional dan mengencangkan suara yang mengharapkan perkembangan hubungan Korea Selatan dan Jepang yang berorientasi masa depan.
2024-03-19 14:40:05
2024-03-14 15:36:42
2024-02-02 14:21:28