Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Dua maskapai penerbangan yang menghadapi krisis

#Isu Bisnis l 2019-04-22

© YONHAP News

Dua maskapai penerbangan yang mewakili Korea Selatan, yaitu Korean Air dan Asiana Airlines sedang menghadapi krisis. Setelah Ketua Korean Air Cho Yang-ho meninggal dunia pada tanggal 8 April lalu, Korean Air memasuki sistem pengelolaan darurat. Sedangkan Grup Kumho Asiana memutuskan untuk menjual Asiana Airlines pada tanggal 15 April lalu. 


Keputusan penjualan Asiana Airlines oleh Grup Kumho Asiana memberi dampak besar. Pada tanggal 15 April lalu, Grup Kumho memutuskan untuk menjual aset utama grup, yaitu Asiana Airlines karena menghadapai krisis likuiditas yang diakibatkan merger dan akuisisi. Krisis keuangan Grup Kumho Asiana disebabkan karena cara pengelolaan yang salah dengan menyebarluaskan volume usahanya secara berlebihan. Walaupun cabang perusahaan utama seperti Kumho Industrial, dan Kumho Tire menghadapi krisis karena perbaikan sistem keuangan perusahaan, namun Grup Kumho hanya memusatkan pikiran untuk mengambil hak pengelolaan. Akhirnya, mereka tidak mampu membayar utang sebesar satu triliun won hingga akhir tahun ini, sehingga Asiana Airlines terpaksa dijual. 


Sementara itu, Korean Air juga menghadapi krisis dalam masalah pengeloaan. Jika generasi ketiga dari Hanjin menerima hak pengelolaan, mereka harus menerima ekuitas saham dari perusahaan induk HANJIN KAL, dan juga harus membayar pajak warisan. Putra Cho Yang-ho, yaitu Cho Hyun-tae mengalami kesulitan dalam menyediakan sumber dana terkait pajak warisan. Jika mereka menjual saham untuk menyediakan sumber dana, mereka akan sulit untuk menjaga hak pengelolaan. Akibatnya, dua maskapai penerbangan terbesar di Korea Selatan sedang menghadapi krisis, dan dianalisa krisis itu berasal dari 'owner risk’ atau resiko kepemilikan.


‘Kasus kacang di dalam kabin pesawat’ dan ‘kasus pelemparan gelas minuman ke muka manajer’ yang ditimbulkan oleh kedua anak putri dari grup Korean Air mengakibatkan jatuhnya harga saham, dan menjadi simbol yang menunjukkan resiko kepemilikan. Selain itu, kasus pelayanan makanan dalam penerbangan Asiana Airlines pada tahun lalu juga menjadi contoh resiko kepemilikan. Namun pada akhirnya, perubahan yang dialami oleh kedua maskapai ini dianggap sebagai sinyal positif menuju sistem pengelolaan baru.


Korean Air mendapat banyak harapan baru karena struktur kepemimpinan mulai diperbaiki Sedangkan Asiana Airlines diharapkan dapat menghilangkan beban hutang dan resiko kepemilikan melalui penjualannya. Jika kedua maskapai penerbangan menjadikan krisis kali ini sebagai peluang baru, krisis saat ini pasti akan menjadi landasan untuk terbang lebih tinggi lagi.

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >