Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Flu Babi Afrika Dikonfirmasi di Korea Selatan

2019-09-21

Warta Berita

ⓒYONHAP News

Pemerintah Korea Selatan menyatakan pada tanggal 18 September bahwa pihaknya telah memusnahkan seluruh babi di radius 3 kilometer dari peternakan dimana virus flu babi Afrika ditemukan untuk menutup kemungkinan penyebaran pada tahap awal. Pedoman penanggulangan virus flu babi Afrika sebenarnya menyatakan bahwa babi dengan radius 500 meter dari tempat ditemukannya virus tersebut harus dimusnahkan untuk mencegah penularan virus tersebut. Menurut Kementerian Pertanian, Kehutanan dan Peternakan Korea Selatan, pihaknya memperketat pencegahan penyebaran virus flu babi Afrika di 6 kota atau kecamatan di sekitar tempat penemuan kasus, yakni di Paju dan Yeoncheon. Di 6 daerah itu, sekitar 710 ribu ekor babi dipelihara di 442 peternakan. Kementerian juga memperpanjang masa penghentian pergerakan sementara, dari yang awalnya satu minggu menjadi tiga minggu untuk melarang perpindahan ternak babi dari daerah-daerah itu. Sejumlah peternakan dilarang akses keluar masuknya, selain tujuan untuk mengobati penyakit.


Flu Babi Afrika awalnya ditemukan di wilayah Afrika dan merupakan penyakit fatal dengan presentase kematian mencapai 100%. Belum ada obat penawar atau vaksin untuk mencegah atau menyembuhkan penyakit ini. Jika terinfeksi, babi akan mati dalam waktu 10 hari setelah menderita demam tinggi, muntah, pendarahan di kulitnya, dan sebagainya.


Flu babi Afrika pertama kali ditemukan di negara-negara Eropa Timur dan Rusia kemudian disebarkan ke China pada tahun lalu. Setelah itu, virus flu babi Afrika juga ditemukan di negara tetangga China seperti Korea Utara dan Asia Tenggara. Di China, sebanyak 100 juta ekor babi dimusnahkan dan harga daging babi sempat naik 50%.


Flu babi Afrika pertama kali ditemukan di Korea Utara pada tanggal 30 Mei tahun ini. Di Korea Selatan, penyakit babi yang fatal itu pertama kali ditemukan di sebuah peternakan di daerah Paju pada tanggal 17 September, kemudian di Yeoncheon pada tanggal 18 September. Kedua daerah itu lokasinya berada di perbatasan dengan Korea Utara, sehingga kemungkinan besar terjangkit dari babi hutan yang terinfeksi di Korea Utara.


Otoritas Korea Selatan kini melakukan pencegahan penyebaran virus selain melarang perpindahan ternak babi dari peternakan. Otoritas itu menjelaskan, penyakit flu babi Afrika tidak menular kepada manusia dan babi yang terinfeksi tidak didistribusikan ke pasar. Namun, harga lelang daging babi meloncat dan konsumen menjadi segan untuk mengonsumsi daging babi.


Di dalam negeri Korea Selatan, sekitar enam ribu peternakan memelihara sebanyak 12 juta babi. Jika gagal dalam mencegah penyebaran virus, semua babi berada dalam kondisi yang berbahaya dan dapat menghadapi kondisi serius seperti di China. Oleh sebab itulah, pemerintah Korea Selatan melaksanakan pencegahan penyebaran virus secara lebih sigap dan ketat daripada pedomannya.

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >