© YONHAP News

Rasio kenaikan harga konsumen Korea Selatan pada bulan Januari mencapai 105,79 dengan kenaikan 1,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Rasio tersebut merupakan yang paling tinggi setelah bulan November 2018 lalu yang pernah mencatat angka 2%. Rasio kenaikan harga konsumen lebih dari 1% juga merupakan kali pertama dalam waktu 13 bulan setelah bulan Desember 2018 lalu. 

Harga konsumen yang rendah memang dianggap baik, namun jika harga konsumen tetap terus berada di titik yang rendah, maka kemerosotan ekonomi akan berlangsung dalam jangka panjang. Perusahaan saling mengurangi investasi, dan hal itu berhubungan dengan penurunan pendapatan rumah tangga. Masalah yang sangat serius adalah deflasi gaya Jepang yang muncul akibat kolaborasi antara harga konsumen dan pertumbuhan yang dua-duanya rendah. Namun, Korea Selatan dapat dibebaskan dari beban terkait deflasi karena rasio kenaikan harga konsumen yang pulih dengan kisaran 1%. Namun, masih terlalu dini untuk merasa lega karena ada situasi yang tidak diduga akibat mewabahnya virus corona jenis baru. 

Diperkirakan pengaruh penyebaran virus corona jenis baru akan muncul pada bulan depan. Kegiatan konsumsi tidak aktif akibat penyebaran virus corona jenis baru, dan ada kemungkinan fenomena harga konsumen yang rendah kembali muncul. Jika kondisi ekonomi beroperasi dengan normal, harga konsumen juga akan naik. Perusahaan meningkatkan investasi untuk mendapatkan keuntungan, dan hal itu langsung berhubungan dengan peningkatan perekrutan tenaga kerja, peningkatan pendapatan dan kegiatan konsumsi, dan pengaktifan permintaan domestik. Vitalitas ekonomi muncul lewat kondisi-kondisi tersebut, sehingga pemerintah Korea Selatan harus berupaya untuk melanjutkan rasio kenaikan harga konsumen yang berhasil pulih di kisaran 1% dalam waktu 13 bulan.