Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

IMF Anjurkan Korsel untuk Pertahankan Pelonggaran Kebijakan Moneter

2020-02-22

Warta Berita

ⓒYONHAP News

Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan bahwa wabah COVID-19 merupakan salah satu faktor ketidakpastian yang akan berdampak buruk pada ekonomi global dan meminta masyarakat internasional untuk bekerja sama dalam meminimalkan dampak negatifnya. IMF menilai Korea Selatan adalah negara yang tidak sanggup mencapai potensi pertumbuhan ekonominya meskipun memiliki kemampuan keuangan yang memadai. Menurut IMF, Korea Selatan harus mempertahankan pelonggaran kebijakan moneter.


Dalam Laporan Pengawasan G20 yang dirilis menjelang pertemuan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 yang akan digelar pada tanggal 22-23 Februari di Arab Saudi, IMF mengungkapkan bahwa pertumbuhan global berada di titik yang sangat rendah dan pemulihannya juga diperkirakan masih lemah. Menurut laporan itu, pertumbuhan ekonomi global untuk tahun ini diperkirakan mencapai 3,3 persen, lebih tinggi daripada  pertumbuhan tahun lalu yang berada di angka 2,9 persen. Namun pertumbuhan negara-negara maju tetap lemah, sehingga pertumbuhan global dipandang tetap dalam keadaan yang tidak stabil.


Laporan itu menyebut kasus COVID–19 sebagai unsur yang menghalangi pemulihan perekonomian dunia. Virus berbahaya itu mengganggu kegiatan ekonomi di China dan hal itu memengaruhi negara lain melalui bidang pariwisata, rantai pasokan, harga barang dan lainnya. IMF memprediksi jika COVID-19 dapat mereda dalam waktu dekat, maka ekonomi China akan membaik berkat kegiatan ekonomi yang kembali aktif sehingga dapat merangsang kembali permintaan yang sebelumnya tertahan. Jika tidak, kondisi China akan mendatangkan dampak serius pada perekonomian global.


IMF menyebut Korea Selatan, Australia, dan Jerman sebagai negara yang mempunyai kemampuan keuangan yang memadai dan meminta negara-negara itu melaksanakan kebijakan moneter yang aktif agar dapat meneruskan tren pemulihan ekonomi. IMF meminta Korea Selatan untuk mempertahankan pelonggaran kebijakan moneter hingga kenaikan harga barang mencapai targetnya. Seruan itu sebelumnya juga pernah disebut oleh IMF. Setelah ditambah dengan unsur ketidakpastian akibat COVID-19, IMF kembali mengonfirmasi hal tersebut.


Rasio pertumbuhan ekonomi dan potensi pertumbuhan Korea Selatan menurun secara bersamaan dan kecepatan penurunannya juga cenderung cepat. Menurut data dari Lembaga Ekonomi Korea, tingkat pertumbuhan ekonomi Korea Selatan terus jatuh sejak tahun 2000, dari 5 persen antara tahun 2001-2005, menjadi 2,9 persen pada periode tahun 2016-2019. Tingkat potensi pertumbuhan ekonomi Korea Selatan turun menjadi 3 persen dari 4,7 persen, dan berada di peringkat kedelapan di antara negara-negara OECD.


Di Korea Selatan mulai timbul kerugian di berbagai bidang akibat merebaknya wabah COVID-19, seperti turunnya produksi, menurunnya usaha layanan, dan sebagainya. Penyebaran COVID-19 yang akhir-akhir ini telah terjadi di antara masyarakat mengakibatkan penyusutan kegiatan ekonomi. Oleh karena itu, pemerintah Korea Selatan diminta untuk segera menggunakan anggaran cadangannya dengan aktif dan menyediakan kebijakan untuk mengatasi kondisi darurat saat ini.

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >