Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Ekonomi

Jumlah Utang Negara Maju Capai Titik Tertinggi

#Isu Bisnis l 2020-08-31

ⓒ YONHAP News

Jumlah utang negara maju meningkat secara drastis karena masing-masing negara mengeluarkan banyak uang untuk mencegah resesi akibat COVID-19. Wall Street Journal melaporkan bahwa jumlah utang negara maju meningkat sebesar 128% dibandingkan PDB dunia berdasarkan data dari Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund, IMF). Jumlah itu melampaui catatan pada tahun 1946 yang mencapai 124% setelah Perang Dunia II. Yang lebih parah adalah kondisi ekonomi dunia akhir-akhir ini yang berbeda dengan tahun 1950-an. Berbeda dengan saat setelah perang tersebut, tidak ada harapan mengenai kemakmuran ekonomi untuk saat ini. Mari kita cermati kondisi tersebut bersama kritikus ekonomi Jeong Cheol-jin.


Amerika Serikat (AS) mengedarkan 3 triliun dolar Amerika melalui empat kali langkah stimulasi pada semester pertama tahun ini untuk mengatasi COVID-19. Uni Eropa juga menyediakan langkah serupa senilai 750 miliar euro. Yang menjadi masalah adalah kemampuan untuk membayar kembali. Tiga perusahaan pemeringkat kredit internasional menurunkan level kredit negara maju.


Situasi di negara berkembang lebih serius darpada negara maju. Rasio utang dari negara berkembang dibandingkan PDB dunia mencapai 62,8%, sehingga mencapai titik tertinggi dalam sejarah. IMF memprediksi bahwa defisit fiskal dibandingkan PDB 40 negara berkembang termasuk China akan meningkat pada tahun ini.


Korea Selatan juga tidak terbebas dari masalah utang negara. Rasio utang negara Korea Selatan yang diprediksi oleh Kementerian Strategi dan Keuangan Korea Selatan mencapai 43,5%. Angka itu relatif baik dibandingkan negara-negara utama lainnya, namun yang harus diperhatikan adalah kecepatan peningkatan utang negara tersebut. Tidak ada negara yang mengalami kenaikan rasio utang negara dengan sangat cepat kecuali negara-negara yang mengalami krisis moneter. Korea Selatan bukan negara pemilik mata uang standar seperti AS atau Jepang, sehingga tidak dapat terbebas dari risiko nilai tukar mata uang.


Berbagai negara terpaksa harus mengalami peningkatan utang untuk memulihkan ekonomi, namun utang negara yang berlebihan bisa menjadi risiko yang mengganggu ekonomi global. Seluruh dunia harus mencermati peringatan IMF, bahwa utang negara akan menjadi risiko terbesar yang dapat menyebabkan krisis moneter.

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >