ⓒ Getty Images Bank

Kondisi ketenagakerjaan Korea Selatan pada tahun lalu tercatat yang paling buruk setelah krisis moneter tahun 1998 lalu. Jumlah pekerja pada tahun lalu mengalami penurunan 220 ribu orang dibandingkan setahun yang lalu. Jumlah pekerja mulai menurun sejak bulan Maret lalu akibat COVID-19 dan selisih penurunan yang paling tinggi tercatat pada bulan Desember lalu dengan penurunan 628 ribu orang.

Jumlah pekerja berusia 60 tahun ke atas meningkat karena lowongan kerja langsung dari pemerintah yang bertambah. Namun, proyek pemerintah tersebut juga berakhir pada bulan November, sehingga berpengaruh besar pada indikator ketenagakerjaan. Pemerintah telah mengeluarkan berbagai langkah, namun tidak memadai untuk mencegah guncangan di pasar ketenagakerjaan. Kritik bahwa ada batasan dalam menciptakan lowongan pekerjaan menggunakan pajak juga terus meningkat.

Indikator ketenagakerjaan memburuk secara keseluruhan, namun jumlah populasi yang "beristirahat" atau "menyerah dalam mencari pekerjaan" pada tahun lalu mencapai titik tertinggi setelah data statistik tersebut mulai dikumpulkan. Jumlah penduduk yang dikategorikan "beristirahat" pada usia 20-an tahun juga meningkat secara drastis. Hal itu menandakan bahwa banyak masyarakat berusia 20-an tahun yang menyerah dalam mencari pekerjaan. Jika kondisi mereka tidak kunjung membaik setelah kondisi ekonomi pulih, hal tersebut akan menjadi masalah sosial yang serius dan membesarkan konflik antar generasi. 

Prediksi di masa depan juga tidak membaik karena kondisi di pasar ketenagakerjaan sementara waktu akan sulit untuk diatasi. Pengaruh COVID-19 bagi kalangan tertentu terasa lebih serius. Sejalan dengan visi pemerintah yang berfokus untuk menciptakan lowongan pekerjaan, pemerintah harus mengeluarkan langkah khusus agar ketenagakerjaan baik di bidang umum maupun swasta dapat dilaksanakan dengan aktif.