ⓒ Getty Images Bank

Di masa lalu, Jepang dianggap sebagai negara yang lebih kaya dibandingkan Korea Selatan, sehingga produk Jepang juga dinilai lebih baik. Namun, kondisi ekonomi dan daya saing kedua negara selama 30 tahun terakhir mengalami perubahaan. 

Daya saing di bidang manufaktur Korea Selatan telah melampaui Jepang. Menurut indeks daya saing industri manufaktur (CIP) dari Organisasi Pengembangan Industri Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNIDO), CIP Korea Selatan dan Jepang pada tahun 1990 masing-masing menempati urutan ke-17 dan ke-2 secara berturut-turut, namun urutan kedua negara pada tahun 2018 lalu berubah ke urutan ke-3 dan ke-5 secara berturut-turut, sehingga urutan kedua negara kini terbalik. Selisih dari segi indikator ekonomi makro antara kedua negara juga dipersempit. Terdapat bidang di mana perselisihan yang besar antara kedua negara masih terjadi, seperti di bidang teknologi sains dasar, termasuk penelitian dan pengembangan. Namun demikian, selama 30 tahun terakhir, ekonomi Korea Selatan telah mengalami kemajuan, sedangkan Jepang mengalami kemerosotan. 

Jepang ingin melepaskan diri dari kemerosotan ekonomi yang berkepanjangan melalui Olimpiade Tokyo 2020. Namun, penyelenggaraan Olimpiade ditunda akibat pandemi COVID-19, dan beban biaya penyelenggaraannya tahun ini lebih menyulitkan Jepang. 

Penuaan populasi di Jepang bukanlah masalah yang dialami hanya oleh Jepang saja. Situasi di Korea Selatan dari segi kelahiran rendah dan penuaan penduduk bahkan lebih serius daripada Jepang. Sebelum pandemi COVID-19, Korea Selatan telah mengalami perubahaan struktur penduduk. Hingga saat ini, Korea Selatan berupaya untuk mengejar Jepang dan terus berkembang sambil berpatokan pada Jepang sebagai pembanding. Saat ini, daripada berbangga diri karena telah berhasil mempersempit perbedaan ekonomi dengan Jepang, Korea Selatan perlu bersikap dengan kepala dingin untuk mempersiapkan masa depan.