ⓒ YONHAP News

Dalam satu tahun 10 bulan setelah pasien COVID-19 pertama dilaporkan di Korea Selatan pada bulan Januari tahun lalu, Korea Selatan kini memasuki sistem 'Hidup dengan COVID-19.' Berbagai regulasi terkait pengopearsian usaha diperlonggar, dan cara kerja di perusahaan juga kembali seperti ke masa sebelum pandemi COVID-19. Diprediksi bahwa kegiatan konsumsi akan aktif kembali dan ekspor  pun membaik. Namun masih ada unsur risiko seperti kenaikan harga konsumen, kebijakan keuangan Amerika Serikat, dan lain-lain. 

Untuk mengaktifkan perekonomian, pemerintah menggelar berbagai kegiatan, seperti pemberian kupon yang bisa digunakan di Korea Sale Festa. Sementara itu, kondisi ekspor tetap baik. Ekspor bulan Oktober menempati urutan kedua terbesar dalam sejarah perdagangan Korea Selatan, dan nilai perdagangan tahunan pada tahun ini diperkirakan akan mencapai titik tertinggi. Namun, masih terlalu dini untuk meramalkan kondisi ekonomi secara positif karena masih adanya unsur ketidakstabilan. 

Memang terdapat variabel dari luar negeri. Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed mengumumkan 'tapering' secara resmi. Jika AS mengambil kebijakan moneter kontraktif, maka hal itu berpengaruh pada ekonomi dunia. Melemahnya pertumbuhan China juga berdampak serius. Rasio pertumbuhan ekonomi China pada kuartal ketiga tahun ini mencapai titik terendah. Masalah rantai pasokan global belum pun terpecahkan. Karenanya, pemerintah dan otoritas terkait terpaksa mempertimbangkan banyak kemungkinan.

Yang terpenting adalah pemerintah dan Bank Sentral Korea Selatan harus mengambil langkah yang searah dan bekerjasama. Ada kemungkinan besar inflasi saat ini akan berlanjut untuk sementara waktu, sehingga pengelolaan utang sangat dibutuhkan. Proses untuk kembali ke kondisi seperti sebelum COVID-19 sulit untuk diwujudkan. Namun, masyarakat serta ekonomi Korea Selatan tetap kuat selama proses penanganan pandemi COVID-19. Semoga ekonomi Korea Selatan dapat aktif kembali di era pasca COVID-19.