Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Budaya

Delapan Topi yang Kau Tinggalkan – Park Wan-suh

2022-01-07

ⓒ Getty Images Bank

Di rak atas lemari kayu paulownia dua tingkat itu ada delapan topi pria, sedangkan rak di bawahnya kosong. Di atas lemari kayu itu terletak sebuah bingkai foto seorang pria. Pria dalam foto itu tersenyum, namun senyumnya sangat dingin dan rumit. 



Cuplikan program:


Kedelapan topi itu dibelinya dalam satu tahun terakhir hidupnya sebelum dia menghadapi kematian. Padahal topi tidak sedang tren di masa itu. Jika ada yang mendengar bahwa dia memiliki delapan topi, mungkin mereka akan mengira bahwa dia adalah pria perlente yang peduli dengan busana. Tapi itu tidak benar.


여덟 개나 되는 모자는 다 그의 죽음을 앞 둔

마지막 일 년 동안에 사 모은 것이다.


모자가 유행하는 시대도 아닌데, 일 년 동안 모자를 여덟 개 씩이나 사다니,

누가 들으면 그가 몸치장 따위에 취미가 각별한 

멋쟁이 신사였다고 여길지도 모르지만 전혀 아니다.


나는 그의 유품을 정리하면서 

어쩌면 이렇게 단 한 가지도 값나가는 게 없을까 

놀라고 민망해한 적이 있다.



Para tokoh cerpen ini tinggal di masa Perang Korea masih berlangsung. Saat itu, hampir semua barang-barang yang tersedia di Korea adalah produk impor, termasuk topi fedora bermerek bahasa asing, “Pilgrim” yang sang istri belikan untuk suaminya. Keluarga sang istri miskin sehingga mereka tidak dapat menyiapkan seserahan untuk pernikahan mereka, namun sang istri mengumpulkan seluruh gaji terakhirnya untuk membelikan topi mahal untuk sang suami. Adegan ini menunjukkan betapa besar cinta sang istri untuk suaminya itu.



Suamiku memilih bahwa cara terbaik untuk menghargai waktu itu adalah dengan melewatkannya seperti sedia kala, sebuah pilihan yang manusiawi. Sedangkan cara terbaikku adalah meluangkan setiap waktuku untuk dirinya.


Tahun terakhir itu benar-benar waktu yang sangat berharga. Tidak ada waktu yang lebih berharga dibandingkan hari-hari tersisa seseorang yang telah ditentukan kematiannya. 


Waktu itu sering kali bersinar dengan terang, dan sinar itu berbeda dengan kebahagiaan. Dalam delapan buah topi itulah kenangan akan waktu yang bersinar itu kini berada.


Kenangan yang hanya dimiliki olehku seorang.


그가 선택한 인간다운 최선은 

가장 아까운 시간을 보통처럼 구는 거였고,

내가 할 수 있는 최선은 그에게 순간순간 열중하는 것이었다.   


마지막 일 년은 참으로 아까운 시절이었다.

죽을 날을 정해놓은 사람과의 나날의 아까움을 

무엇에 비길까.


세월의 흐름이 빠른 물살처럼 느껴지고

자주자주 시간이 빛났다.

아까운 시간의 빛남은 행복하고는 달랐다.

여덟 개의 모자에는 그 빛나는 시간의 추억이 있다.


나만이 아는.   

    



Pengarang Park Wan-suh (Propinsi Gyeonggi, 1931.10.20. ~ 2011.01.22.)

Debut: 1970, Cerpen “Pohon Gundul”

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >