Sashiraengi Sori 

Dahulu pada saat hari raya atau hari libur, banyak orang Korea berkumpul bersama keluarga sambil bermain kartu tradisional. Selain permainan Go Stop, ada juga permainan strategi sashiraengi (사시랭이) dan tujeon (투전) yang sering dimainkan. Saat bermain permainan ini para pemain biasanya berkumpul membentuk lingkaran sambil bernyanyi. Mereka bermain dengan menggunakan koin bertuliskan angka 1 sampai 10 sambil mengikuti lirik lagu yang dinyanyikan. Sayangnya, sekarang sudah jarang sekali masyarakat Korea yang memainkan permainan ini. Banyak yang sudah lupa aturan bermainnya tetapi lagunya masih banyak dinyanyikan sampai sekarang, salah satunya adalah lagu dengan judul Sashiraengi Sori (사시랭이 소리) yang berasal dari Provinsi Gangwondo. 

Tujeon Puri 

Permainan tradisional Korea tujeon (투전) jauh lebih populer di tengah masyarakat lokal dibanding sashiraengi. Berbeda dari sashiraengi, tujeon dimainkan dengan kartu bergambar yang ada nilai atau angkanya. Satu set kartu tujeon berjumlah 25 sampai 80 lembar. Dulu permainan ini bisa dinikmati hampir semua lapisan masyarakat, dari kelas sosial bawah sampai sekelas bangsawan. Permainan ini juga tidak dibatasi umur, siapapun bisa bermain tujeon asalkan tahu aturan permainannya. 

Saat ada anggota keluarga atau kerabat yang meninggal, anggota keluarga lainnya harus begadang semalaman selama beberapa hari. Di saat-saat seperti inilah tujeon bisa jadi hiburan wajib selama masa berkabung. Saking populernya, dulu banyak lukisan yang menggambarkan permainan ini, bahkan sampai sekarang beberapa istilah dalam permainan tujeon juga masih terus dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Jadi kurang lengkap rasanya bagi orang Korea kalau bermain kartu tujeon tanpa bersenandung atau bernyanyi. Salah satu lagu yang banyak dinyanyikan masyarakat Korea saat bermain tujeon adalah lagu dengan judul Tujeon Puri (투전풀이). 

Jangtaryeong 

Jangtaryeong (장타령), lagu yang bercerita tentang pasar-pasar di pedesaan adalah lagu yang paling sering dinyanyikan oleh para pedagang keliling saat mereka berkeliling ke desa-desa untuk berdagang. Mereka bernyanyi untuk menarik perhatian para pengunjung pasar agar berkumpul dan membeli barang dagangan mereka. Selain itu, pasar desa juga biasanya ramai oleh suara-suara merdu para gakseori (각설이) atau pengemis yang bernyanyi untuk para pengunjung pasar demi mendapat imbalan makanan. Lagu yang paling sering dinyanyikannya adalah lagu yang berjudul Gakseoritaryeong (각살이타령). 

Sayangnya, setelah pasar 5 hari di pedesaan semakin jarang dibuka, nyanyian-nyanyian lagu Jangtaeryeong dan Gakseoritaryeong juga semakin jarang terdengar. Saking langkanya banyak yang sulit membedakan kedua lagu ini dan menganggap dua lagu itu adalah satu lagu yang sama, Jangtaryeong.