Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Budaya

Maling yang Lalai – Hyun Jin-geon

2023-02-10

ⓒ Getty Images Bank

Sulit menghangatkan dua kamar sekaligus, karena itu kami tidur bersama di kamar utama. Kami tidur di depan, sementara nenek tidur di belakang dengan pembatas ruangan dari kertas.     

Hela napasnya yang panjang dan keluhannya terdengar dari balik kertas itu. Ia tidak pernah tidur. Setiap kali nenek sadar aku sedang terbangun, kesedihan dan keluhannya semakin menjadi-jadi.    


“Jika bukan keluarga Tuan yang mulia, siapa lagi yang akan menolong mereka?”     

Nenek tak henti-hentinya merengek, merayu dan memohon, seakan-akan aku diwajibkan untuk menolongnya. Aku yang sejak awal sudah kesulitan tidur terkadang tidak menutup mataku semalaman.    


Terkadang nenek mengeluh seperti sedang mengigau, ia seperti dalam mimpi yang melelahkan, namun mimpi itu sangat singkat.    


- Cuplikan program:



etelah nenek itu pergi meninggalkan kamar, istriku pergi ke luar dan melihat butir-butir beras berserakan di ruang tamu. Istriku pun penasaran apakah sang nenek tanpa sengaja menumpahkan beras tersebut saat menuangkannya untuk sarapan pagi. Setelah ia perhatikan, istriku menyadari bahwa ada butiran beras yang tumpah itu meninggalkan jejak dari ruang tamu menuju ke halaman hingga ke sumur.


Merasa curiga, istriku pun mengikuti sang nenek dan melihat beras yang bertumpahan di belakangnya. Ia pun menemukan bahwa sang nenek telah mencuri beras dan menyembunyikannya di dalam pakaiannya. 


Nenek menggunakan sehelai kain usang dan mengisinya dengan beras hingga penuh dan menyembunyikannya di dalam pakaiannya. Karena kain itu berlubang, butir-butir beras pun berjatuhan meninggalkan jejak mengikuti langkah sang nenek.


할멈이 일어나 나간 뒤로 아내가 나가 보니

마룻바닥에 쌀낱이 흩어져 있었다.

밥쌀을 내다가 떨어뜨린 것인가 하였더니

자세히 살펴보니 마루로부터 뜰로, 

뜰로부터 우물 가는 길로, 

쌀이 줄을 그은 것처럼 흘러 있었다.


하도 이상해서 할멈 뒤를 쫒아가 보니까

그의 걷는 대로 쌀이 줄줄 흘러내린 것을 발견하였다.


필경 할멈의 품속에 쌀을 감추어 둔 것이 발견되었다 한다.


그는 헌 전대 하나를 주워서

쌀을 불룩하게 집어넣어 가지고 가슴 밑에 찼는데

전대의 구멍이 뚫어져서 

그의 걷는 대로 쌀이 흐르게 된 것이었다.



Di era Joseon tahun 1931, saat cerita pendek ini diterbitkan, seluruh dunia sedang mengalami Depresi Besar yang turut mempengaruhi ekonomi Jepang. Di masa itu, Joseon yang berada di bawah jajahan Jepang, menjadi korban penindasan lebih berat dibandingkan generasi sebelumnya. Tokoh sang nenek dalam cerita ini merupakan simbol dari korban penindasan masyarakat kecil di jaman tersebut. Sang nenek tidak saja kehilangan tanah dan hartanya, ia juga telah kehilangan harga dirinya, sehingga ia tidak malu memohon siang dan malam kepada sang tokoh utama untuk menyelamatkan keluarganya. Jangankan bertahan hidup untuk beberapa hari, bertahan hidup untuk beberapa jam pun merupakan perjuangan yang sangat berat bagi warga miskin Joseon.    



Hatiku terlalu pedih untuk menertawakan aksi maling nenek yang begitu lalai. Apakah benar nenek takut dibawa ke kantor polisi seperti kata Dae-wook? 


Apakah nenek takut tiga keping uang logam yang disembunyikan dalam kantung pakaiannya itu akan ditemukan? Mengapa nenek dengan mudahnya menyerahkan tiga keping uang logam itu, padahal dengan uang itu ia dapat membelikan permen untuk cucunya?


Tidak, nenek memiliki alasan meninggalkan uang itu. Ia ingin menunjukkan pada kami.


Ia melemparkan uang logam itu di depan muka kami, mengarahkannya pada hati kami.


나는 그 할멈의 한 일을 서투른 도적의 노릇으로 웃어버리기엔

너무 맘이 저리었다.


대욱의 말마따나 할멈은 과연 파출소를 겁내었을까?

아무도 몰래 안전하게 제 품속에 든 동전 세 푼이

귀신 아닌 사람에게 발각되리라고 믿었을까?

사랑하는 손자에게 사탕이라도 사 줄 수 있는 그 귀중한 동전 세 푼을

얼떨결에 그리 쉽사리 내어 놓았을까?


그는 일부러 동전 세 푼을 내어 던진 것이다.

보라는 듯이 내어 던진 것이다.


우리의 얼굴을 향해서,

심장을 향해 이 동전 서 푼을 후려갈긴 것이다.




Hyun Jin-geon (Daegu, 9 Agustus 1900 – 25 April 1943)

    - Debut: Cerita pendek “Hwisaenghwa” (1920)

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >