Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Budaya

Baekkot / Ihwawu / Dowon Gyeolui

#Citra Musik Korea l 2023-03-10

Citra Musik Korea

Baekkot / Ihwawu / Dowon Gyeolui

Baekkot

Dulu orang Korea menganggap bunga plum, bunga pir, dan bunga persik sebagai bunga musim semi yang paling ikonik dibanding bunga sakura. Bunga-bunga yang mekar di awal musim semi ini biasanya punya ciri khas bertunas dan mekar terlebih dahulu sebelum daunnya tumbuh. Tidak seperti bunga sakura yang bunganya tumbuh bersamaan dengan daunnya dan bisa menutupi hampir semua rantingnya, ketiga bunga ini mekar sedikit demi sedikit, satu per satu, dan batangnya terlihat rapuh sampai seperti mau patah. Meski begitu, mereka sangat kuat, tidak mudah rontok, dan tahan di suhu dingin. Seperti pepatah Korea ‘lembut di luar tangguh di dalam’. Keindahan salah satu bunga musim semi ini bisa kita dengar lewat lagu dengan judul Baekkot (배꽃) atau Bunga Pir.


Ihwawu

Ihwawu (이화우) adalah sebuah lagu yang terinspirasi dari puisi yang ditulis oleh seorang gisaeng atau wanita penghibur bernama Maechang. Maechang dikenal sebagai penyair berbakat dan pandai bermain geomungo. Banyak pria kagum dan ingin menjalin hubungan dengannya karena bakat dan fisiknya yang cantik. Tapi Maechang hanya jatuh cinta pada seorang penyair tua yang berasal dari golongan kelas bawah bernama Yu Hui-gyeong. Puisi ini ditulis saat Yu pergi ke Seoul untuk melawan invasi Jepang tahun 1952. Ia meninggalkan Maechang dan tak pernah kembali. Maechang yang rindu dan kesal karena kekasihnya, menuangkan perasaannya itu ke dalam puisi. Kebanyakan lagu yang diambil dari puisi biasanya dinyanyikan dengan nada yang datar, tidak rendah, dan tidak tinggi. Tetapi yang menarik adalah lagu ini termasuk dalam jenis lagu jireum sijo, yaitu lagu yang diawali dengan nyanyian nada yang tinggi. Jadi saat menyanyikannya, penyanyi harus menarik napas dalam-dalam sebelum menyanyikan bait pertama lagu, seolah-olah sedang melepas rasa frustasi dan kerinduan yang terpendam.


Dowon Gyeolui

Pansori Jeokbyeokga(적벽가) adalah sebuah kisah yang diadaptasi dari novel sejarah Tiongkok dengan judul ‘Romansa Tiga Kerajaan’. Di awal pertunjukan pansori, situasi pada akhir Dinasti Han digambarkan sangat kacau. Kemuadian tiga tokoh utama dalam kisah itu, Liu Bei, Guan Yu, dan Zhang Fei, bersumpah untuk menjadi saudara di depan altar yang didirikan di taman buah persik. Mereka memilih taman buah persik karena bunga pir yang berwarna merah muda bisa membuat altar menjadi terlihat sangat cantik, tetapi kata dowon (도원) atau kebun buah persik merujuk pada kata mureungdongwon (무릉도원) atau surga Cina, tempat yang dikatakan sebagai asal mula pohon persik. Melakukan sumpah di taman buah persik seperti menggambarkan komitmen ketiga pria itu untuk mengubah dunia menjadi tempat yang indah seperti yang mereka impikan.

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >