ⓒ Getty Images Bank

Aku sangat menentang membawa jenazah istriku hingga ke Cheongju, dan aku juga sangat menentang melakukan upacara pemakaman selama lima hari. Istriku akhirnya dimakamkan di pemakaman umum tiga hari setelah ia meninggal. Keluargaku sangat kecewa. Mereka mungkin beranggapan bahwa aku sangat kejam dan lega atas kematiannya. Tetapi, aku teguh pada pendirianku.”    

- Cuplikan program:

“Ia minum di pagi hari, di siang hari dan di malam hari. Yang kaya minum karena ia kaya, yang miskin minum karena ia miskin. Tidak ada lagi yang mereka miliki selain minuman. Mereka tidak menjalani hidup, namun terseret-seret tanpa tujuan. Apakah mungkin mereka sedang diseret menuju pemakaman? Tapi belakang ini sepertinya mereka tidak rela diseret menuju pemakaman umum. Betul, bagi warga Joseon sekarang, merebut cangkir minuman mereka sama artinya dengan menyuruh mereka bunuh diri. 

Ayo terus tuang! Ayo terus minum! Dan lupakanlah semuanya... Mungkin hanya itulah pandangan mereka tentang kehidupan.”    

   

아침에도 한 잔, 낮에도 한 잔, 저녁에도 한 잔,

있는 놈은 있어 한 잔, 없는 놈은 없어 한 잔이다.

술잔밖에 다른 방도와 수단이 없다.

그들은 사는 것이 아니라 목표도 없이 질질 끌려가는 것이다.

무덤으로 끌려간다고나 할까?

그러나 공동묘지로는 끌려가지 않겠다고 요새는 발버둥질을 치는 모양이다.

하여간 지금의 조선 사람에게는 술잔을 뺏는다면 

아마 그것은 그들에게 자살의 길을 교사하는 것이다.

부어라! 마셔라! 그리고 잊어버려라-

이것만이 그들의 인생관인지 모르겠다. 

Pada akhirnya In-hwa kembali ke Jepang, namun ia kembali sebagai In-hwa yang jauh berbeda dari dirinya sebelumnya. Dalam surat yang ia tulis kepada Shizuko, In-hwa bertekad untuk meninggalkan dirinya yang lama, yang tidak peduli dengan realitas hidup di sebuah negara koloni, untuk menemukan tujuan hidup baru yang lebih baik. Walau dalam novelet ini tidak diceritakan apakah In-hwa mewujudkan tekadnya itu menjadi sebuah aksi, kita dapat menebak dari kehidupan nyata sang penulis, Yeom Sang-seop.

Sama seperti In-hwa, Yeom Sang-seop adalah seorang pelajar di Jepang. Ia terlibat dalam Gerakan 1 Maret dan menyalin deklarasi kemerdekaan Korea untuk disebarkan di Osaka. Banyak warga Korea era Joseon tahun 1910-an memiliki pemikiran yang serupa. Setelah mengalami penindasan, mereka memutuskan bahwa kini adalah saatnya untuk mengubah dunia mereka dan itulah yang membawa mereka untuk serempak menuntut kemerdekaan Korea pada musim semi tanggal 1 Maret 1919. 

Sekarang, aku seperti sedang dikelilingi oleh pemakaman umum. Bagaimana aku bisa bernapas dan menari di “Kota Bunga Seoul” bila aku terjebak di dalam kuburan yang penuh oleh rakyat yang telah kehilangan semangat untuk hidup dan hantu yang berkeliaran di siang hari?

Hanya sesak yang akan datang menghampiri orang lemah sepertiku. Bukan sesak yang bahagia, seperti saat terkubur oleh semerbak aroma bunga mawar, namun sesak yang menyiksa seperti seekor belatung yang perlahan menjadi fosil di dalam liang kubur. Aku harus bisa keluar dari sesak ini terlebih dahulu.

Apa kamu pernah melihat negara, di mana guru sekolah dasar menaiki podium sambil membawa pedang? Aku adalah warga negara itu.

Bukankan mereka bilang bahwa bau busuk dari darah mayat-mayat yang menyeramkan di Eropa kini telah hilang, dan kini mereka tengah menuliskan perjanjian perdamaian? Sepertinya mereka telah meletakkan senjata yang tidak berguna itu dan mulai memikirkan kembali tentang kebangkitan manusia.

Moral dari sebuah karya sastra adalah menemukan kebebasan dan kejujuran dalam hidup, dan tujuannya adalah agar kita menjalankan hidup itu.

지금 내 주위는 마치 공동묘지 같습니다.

생활력을 잃은 백의의 백성과

대낮에 횡행하는 온갖 도깨비 같은 존재가 뒤덮은 

이 무덤 속에 들어앉은 나로서

어찌 ‘꽃의 서울’에 호흡하고 춤추기를 바라겠습니까.

약한 나에게 찾아올 것은 질식밖에 없을 것이외다.

그것은 장미 꽃송이 속에 파묻혀 향기에 도취한 행복한 질식이 아니라 

무덤 속에서 화석이 되어 가는 구더기의 몸부림치는 질식입니다.

우선 이 질식에서 벗어나야 하겠습니다.

소학교 선생님이 환도를 차고 교단에 오르는 나라가 있는 것을 보셨습니까?

나는 그런 나라의 백성이외다.

이제 유럽은 그 참혹한 살육의 피비린내가 걷히고 

휴전조약이 성립되었다 하지 않습니까?

부질없는 총칼을 거두고 제법 인류의 신생을 생각하려는 것 같습니다.

우리 문학의 도는 자유롭고 진실된 생활을 찾아가고,

그것을 세우는 것이 본령인가 합니다.

---

Yeom Sang-seop (lahir di Seoul, 30 Agustus 1897 – 14 Maret 1963)

    - Debut: Cerita pendek “Katak Hijau di Ruang Spesimen” (1921)