ⓒ KBS

Pada tahun 2009, seluruh dunia terkena virus flu baru yang dikenal sebagai Influenza A atau H1N1, yang dimulai dari Meksiko. Virus influenza juga menyebar dengan cepat di Korea Selatan, setelah kasus pertama dilaporkan muncul pada bulan Mei 2009. Pada bulan November tahun itu, pemerintah meningkatkan status siaga anti epidemi ke level tertinggi. Korea Selatan bukan satu-satunya wilayah di Semenanjung Korea yang melihat penyebaran penyakit itu. 

Di tengah meningkatnya jumlah korban meninggal dari kasus flu, Korea Utara meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit tersebut menjadi ‘Urgensi No.11’, tingkat yang mampu memicu perang. Peningkatan status siaga ke level ini menunjukkan betapa seriusnya situasi flu di Korea Utara. Pada tgl. 8 Desember, Kementerian Unifikasi di Seoul mulai mempersiapkan cara untuk membantu Korea Utara. 

Rencana pemerintah Korea Selatan untuk memberikan bantuan flu ke Korea Utara dianggap tidak biasa, karena hubungan antar-Korea telah terhenti sejak pemerintahan Lee Myung-bak berdiri pada tahun 2008. Rangkaian berita buruk atas Korea Utara justru mengakibatkan sentimen negatif yang semakin meningkat di Korea Selatan. Meskipun demikian, hubungan antar-Korea mulai berubah setelah berita wabah influenza A menyebar di Korea Utara. 

Korea Selatan mengirim obat untuk 500 ribu orang ke Korea Utara dan Pyongyang berterima kasih kepada Seoul atas bantuan yang dikirim melalui Gaeseong. Bantuan flu pada akhirnya membuka jalan menuju pertukaran lintas batas dua Korea. Dialog antar-Korea dilanjutkan, sementara pejabat dari dua Korea di kawasan industri Gaeseong melakukan studi lapangan bersama ke kompleks industri China dan Vietnam. Meskipun demikian, hubungan antar-Korea kembali jatuh ke dalam kebuntuan panjang di tahun 2010. Namun keduanya menjaga hubungan mereka tetap bertahan, berkat program bantuan kemanusiaan.