Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Kumpulan Isu

Presiden Moon Pusatkan Tenaga untuk KTT Korsel-AS

2019-09-16

Warta Berita

ⓒKBS News

Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in mengunjungi Amerika Serikat (AS) untuk menghadiri Sidang Umum PBB dan bertemu dengan Presiden AS, Donald Trump. KTT antara Korea Selatan dan AS kali ini digelar ketika suasana dialog antara Korea Utara dan AS semakin distimulasi, serta ada juga keprihatinan tentang melebarnya celah aliansi antara Korea Selatan dan AS. Oleh karena itu, fokusnya kini pada promosi dialog antara Korea Utara dan AS, serta menegaskan kembali hubungan aliansi antara Korea Selatan dan AS. Secara lebih konkret, keputusan pemerintah Korea Selatan untuk mengakhiri Perjanjian Perlindungan Informasi Militer (GSOMIA) dengan Jepang, kenaikan biaya pembagian pertahanan untuk penempatan pasukan AS di Korea Selatan, dan lainnya akan menjadi agenda utama.


Pertama-tama, banyak pihak yang menaruh perhatian apakah Korea Selatan dapat berperan sebagai pendorong dialog antara Korea Utara dan AS. Sebelumnya, Wakil Pertama Menteri Luar Negeri Korea Utara,  Choe Son-hui mengusulkan pembukaan dialog pada akhir bulan September ini, dan reaksi AS juga terasa positif. Belakangan ini, Presiden Trump memecat Penasihat Dewan Keamanan Nasional (NSC) Gedung Putih, John Bolton yang bersikap keras terhadap Korea Utara. Di tengah kondisi tersebut, peran Presiden Moon sebagai perantara dialog antara Korea Utara dan AS kembali mendapat banyak sorotan.


Pada awalnya, Perdana Menteri Korea Selatan, Lee Nak-yon direncanakan hadir dalam Sidang Umum PBB. Namun suasana pembukaan kembali dialog antara Korea Utara dan AS, menetapkan kehadiran Presiden Moon. Hal itu ditafsirkan bahwa Presiden Moon memusatkan tenaga dalam mendorong dialog antara Korea Utara dan AS.


AS dan Korea Utara sulit mempersempit perbedaan pandangan keduanya dari sisi cara denuklirisasi. AS ingin melaksanakan pemecahan masalah nuklir dengan serentak melalui ‘big deal’, namun Korea Utara ingin melaksanakannya secara bertahap. AS berencana akan terus mengenakan sanksi terhadap Korea Utara hingga muncul hasil denuklirisasi yang nyata. Namun, Korea Utara terus meminta pelemahan atau pencabutan sanksi terhadap mereka karena telah mengambil sejumlah langkah denuklirisasi.


Sementara itu, kali ini Korea Utara mengusulkan ‘perhitungan baru’ sebagai syarat pembukaan dialog dengan AS. Oleh sebab itu yang terpenting, apakah AS akan mengusulkan perhitungan baru dan Korea Utara mampu menerimanya atau tidak. Untuk dipilih kembali sebagai presiden, Trump harus memecahkan isu Korea Utara, dan peran Presiden Moon sebagai perantara juga turut menjadi penting.  


Namun demikian, ada agenda yang terasa rumit antara Korea Selatan dan AS seperti masalah GSOMIA. AS terus menyatakan ketidakpuasannya terhadap keputusan Seoul untuk mengakhiri GSOMIA dan terus meminta untuk menarik kembali keputusan tersebut. AS mengklaim bahwa GSOMIA sangat penting bagi kerja sama keamanan antara Korea Selatan, Jepang dan AS, serta hubungan aliansi antara Korea Selatan dan AS. Namun, Presiden Moon diperkirakan akan menekankan bahwa keputusan untuk mengakhiri GSOMIA bukan masalah yang bisa memecahkan hubungan aliansi antara Korea Selatan dan AS.


Selain itu, permintaan AS untuk menambahkan biaya yang ditanggung oleh Korea Selatan untuk menempatkan pasukan AS di Korea Selatan juga terasa menjadi beban. Presiden Trump mengkritik negara-negara aliansi karena tidak membayar banyak biaya pertahanan. Korea Selatan dan AS telah menyepakati pada bulan Maret tahun ini, untuk menaikkan biaya tersebut sebesar 8,2 persen. Akibatnya, Presiden Moon  harus berusaha lebih untuk menurunkan permintaan kenaikan biaya AS yang berlebihan tersebut.

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >