Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Kumpulan Isu

Presiden Korsel dan AS Akan Bertemu di New York

2019-09-20

Warta Berita

ⓒYONHAP News

Agenda utama di KTT antara Korea Selatan dan Amerika Serikat (AS) kali ini adalah masalah nuklir Korea Utara. Oleh karena itu, peran Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in sebagai 'pendorong' untuk dialog antara Korea Utara dan AS juga mendapat banyak sorotan. Selain itu, hubungan aliansi dan langkah peningkatan hubungan kerja sama antara Korea Selatan dan AS juga menjadi agenda yang penting. Keputusan Korea Selatan untuk mengakhiri Perjanjian Perlindungan Informasi Militer (GSOMIA) dengan Jepang dan masalah pembagian biaya untuk penempatan pasukan AS di Korea Selatan juga menarik banyak perhatian.


Diantaranya, suasana dialog antara Korea Utara dan AS mendapat paling banyak perhatian. Korea Utara mengusulkan dialog pada akhir bulan September sembari meminta 'cara perhitungan baru' oleh AS, dan AS juga mengeluarkan reaksi yang terasa positif. Presiden AS, Donald Trump memecat Penasihat Dewan Keamanan Nasional (NSC) Gedung Putih, John Bolton yang tidak disukai oleh Korea Utara. Terlepas dari penyebab pemecatannya, hal itu terasa baik bagi pembukaan kembali dialog antara Korea Utara dan AS.


Yang bermasalah adalah perbedaan pandangan antara usulan AS melalui ‘big deal’ atau denuklirisasi sekaligus, dan usulan Korea Utara melalui denuklirisasi bertahap. Penasihat Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih yang baru diangkat, Robert O'Brien, juga dianggap sebagai tokoh yang bersikap keras. Dia mengklaim 'perdamaian melalui kekuatan' dan juga pernah bekerja dengan John Bolton saat itu menjabat sebagai Duta Besar AS untuk PBB. Robert O'Brien merupakan salah satu angota dari 'kelompok Pompeo' yang didukung oleh Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo. Dari sisi itu, ada kemungkinan besar bahwa tekanan kepada Korea Utara untuk denuklirisasi melalui sanksi akan tetap berlangsung, sehingga 'cara perhitungan baru' yang diinginkan Korea Utara sulit untuk dikeluarkan.


KTT antara Korea Selatan dan AS akan digelar di tengah situasi tersebut, sehingga peran Presiden Moon sebagai 'pendorong', kembali disoroti. Cheongwadae menyatakan bahwa kedua negara akan membahas langkah kerja sama untuk denuklirisasi lengkap dan perdamaian permanen di Semenanjung Korea. Pernyataan itu ditafsirkan sebagai tekad kuat Moon untuk mendorong dialog antara Korea Utara dan AS, serta menyukseskan KTT ketiga antara dua negara tersebut. Oleh karena itu, banyak pihak yang memperhatikan cara apa yang diusulkan oleh Moon untuk mempersempit perbedaan pandangan antara Korea Utara dan AS.


Ada kemungkinan besar bahwa Moon mengusulkan 'garis panduan' untuk rencana pelaksanaan dan peta jalan denuklirisasi. Untuk denuklirisasi, berbagai masalah yang terasa rumit harus dipecahkan, mulai dari tahap penetapan gagasan sampai rencana pelaksanaannya. Hal tersebut sulit dipecahkan secara serentak, sehingga untuk saat ini, harus terlebih dahulu mencari cara untuk mempersempit perbedaan pandangan.


Sehubungan dengan hal tersebut, banyak pihak yang juga menaruh perhatian adakah pesan Korea Utara yang akan disampaikan oleh Presiden Moon kepada Presiden Trump. Seorang pejabat Kantor Kepresidenan Korea Selatan Cheongwadae mengatakan bahwa ada isi yang hendak dikomunikasikan sebagai negara aliansi.


Korea Utara meminta dua hal, yaitu jaminan rezim dan pelonggaran atau pencabutan sanksi terhadap mereka. Sedangkan AS tetap bersikap keras akan mencabut sanksi setelah denuklirisasi lengkap di Korea Utara. Namun, diperkirakan masalah jaminan terhadap rezim Korea Utara akan dibicarakan secara lebih fleksibel.

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >