© Getty Images Bank

Pelayanan kesehatan gratis, dimana negaranya membayar biaya perawatan, obat-obatan dan operasi pasien, adalah sarana propaganda terbaik rezim Korea Utara untuk memaparkan keunggulannya. Terlebih lagi, ada sebuah sistem khusus lain yang dibanggakan Korea Utara, yakni ‘sistem zona tanggung jawab dokter’. Dibawah sistem ini, seorang dokter mengunjungi rumah tangga yang menjadi tanggung jawabnya, sebanyak empat kali dalam setahun untuk memberikan perawatan jika diperlukan, sekaligus mengedukasi anggota keluarga cara untuk menjaga kebersihan diri. Korea Utara betul-betul memfokuskan diri pada pelayanan kesehatan publik dari tahap awal sebagai sarana untuk mempromosikan rezim dan mengendalikan rakyat. 

Korea Utara mengoperasikan rumah sakit universitas dan satu rumah sakit umum di setiap kota utama dan provinsi. Di kota kecil dan daerah, tersedia satu atau dua rumah sakit rakyat. Di desa dan distrik pekerja, tersedia satu rumah sakit rakyat dan satu klinik, dan yang terakhir, di desa kecil tersedia satu klinik umum. Tingkat pekerja layanan kesehatan pun setaraf dengan pekerja kesehatan Korea Selatan. Namun demikian, pelayanan medis secara gratis berakhir pada tahun 1990an, ketika Korea Utara menderita kesulitan ekonomi yang ekstrem. 

Kesulitan ekonomi memicu merajalelanya penyakit menular. Pada tahun 2016, sebanyak 130 ribu warga Korea Utara didiagnosis menderita tuberkulosis dan 11 ribu orang meninggal dunia karena penyakit itu. Bahkan kasus penyakit Malaria yang merajalela diluar kendali. Untuk mencegah runtuhnya sistem perawatan kesehatan, Korea Utara tengah mereformasi sistem medis dalam beberapa tahun terakhir, meski negaranya mengalami kesulitan untuk mengamankan dana reformasi, karena sanksi internasional yang kuat.