© KBS

Korea Utara memprioritaskan keluarga sosialis daripada keluarga tradisional dimana anggotanya memiliki ikatan darah. Konsep keluarga sosialis berfungsi sebagai aturan pemerintahan Korea Utara dengan menyerukan agar orang-orang setia kepada pemimpin dan partai. Tetapi konsep yang tidak biasa itu hanyalah sarana untuk mengendalikan masyarakat. Secara umum, warga Korea Utara menikah dan memulai sebuah keluarga, seperti halnya orang di negara lain. 

Belakangan ini, orang lebih suka memilih langsung pasangan hidup yang merasa dicintai daripada pasangan yang dijodohkan oleh pihak lain. Sebelumnya, mereka yang bekerja di badan yang kuat, tetapi saat ini, pendapatan yang tinggi adalah faktor penting dalam menentukan pasangan masa depan. Setelah menemukan pasangan seumur hidup, rakyat Korea Utara melakukan upacara pernikahan dengan gaya tradisional. Tidak ada tempat atau gedung untuk pesta pernikahan di Korea Utara. Upacara pernikahan digelar di rumah pengantin pria atau wanita, tempat kerja mereka atau pusat budaya lokal, dan dihadiri oleh anggota keluarga, kerabat, teman dan rekan kerja. Minuman keras, kue beras, mie dan jagung disajikan kepada tamu pernikahan, yang memberikan hadiah berupa uang, jagung atau beras sebagai imbalannya. 

Layaknya warga Korea Selatan, warga Korea Utara juga mengadakan jamuan makan atau ritual peringatan kepada orang tua mereka yang telah meninggal dunia, yang disebut ‘jesa’. Sebagian besar penduduk Korea Utara menggelar jesa atau charye di kuburan leluhur mereka, bukan di rumah. Sambil menghidangkan sesajian untuk upacara dengan penuh pengabdian, mereka menghormati dan mengenang leluhur yang telah meninggal. Meskipun Korea Selatan dan Korea Utara telah terpisah lebih dari setengah abad, kedua Korea tampaknya tidak jauh berbeda dalam hal cinta keluarga dan pengadian kepada leluhur.