© KBS

Hari Natal dirayakan di seluruh dunia, sementara beberapa negara tidak menandai peristiwa itu sama sekali, seperti negara penganut agama Islam. Somalia dan Korea Utara melarang perayaan hari Natal berdasarkan hukum, karena kemungkinan serangan teror meningkat apabila banyak orang yang berkumpul. Ada gereja katolik dan protestan di Korea Utara, tetapi mereka mengadakan ibadah hanya sebagai formalitas. Dalam kenyataannya, kebebasan beragama tidak ada di negara komunis tersebut. Korea Utara tidak mengakui hari Natal dari agama Kristiani, dan sebagian besar penduduk tidak menyadarinya keberadaannya.

Tetapi Korea Utara memang merayakan Malam Natal atau tanggal 24 Desember dengan alasan yang berbeda, yakni peringatan hari ulang tahun Kim Jong-suk, ibu dari mantan pemimpin Kim Jong-il. Bersama dengan pendiri Korea Utara Kim Il-sung dan putranya Kim Jong-il, dia dikenal sebagai salah satu dari "Tiga Jenderal Gunung Baekdusan." Kim Jong-il mengidolakan ibunya sebagai jenderal perempuan Gunung Baekdusan yang pernah tergabung dengan pasukan gerilya anti-Jepang Kim Il-sung. Tanggal 24 Desember juga dianggap sebagai hari penting di era pemimpin saat ini, Kim Jong-un.

Setelah Kim Jong-il meninggal pada tanggal 17 Desember 2011, Kim Jong-un muncul sebagai pemimpin berikutnya. Saat ini, Korea Utara tampaknya tidak mempersiapkan acara untuk merayakan prestasi pemimpin saat ini pada tanggal 24 Desember. Tetapi hari ini bertepatan dengan tiga peringatan yang mewakili legitimasi keluarga Kim yang berkuasa. Demikianlah tanggal 24 Desember memiliki makna politis yang penting di Korea Utara. 

Dibandingkan masa silam, Korea Utara melaksanakan keterbukaan terhadap masyarakatnya dengan tempo yang lebih cepat, sehingga meningkatkan harapan agar warga Korea Utara dapat berbagi ucapan hari Natal suatu hari nanti.