Menlu Korsel dan Indonesia Bertemu di Seoul, Bahas Lanjutan Proyek KF-21
2024-03-19 14:40:05
#Fokus Sepekan l 2020-02-20
Sudah hampir setahun berlalu sejak pertemuan puncak kedua antara Korea Utara dan Amerika Serikat (AS) berlangsung di Hanoi, Vietnam. Negosiasi denuklirisasi mereka sejak saat itu mengalami kesulitan. Sementara itu, beberapa pejabat AS yang terlibat dalam pembicaraan nuklir dengan Korea Utara baru-baru ini telah diganti, sehingga meningkatkan spekulasi bahwa akan semakin sulit untuk memajukan negosiasi bilateral.
Beberapa pengamat mengkhawatirkan bahwa AS mungkin tidak akan menanggapi perkembangan dari Korea Utara yang tidak terduga dengan baik. Serangkaian perubahan terhadap pejabat AS itu memang berkaitan dengan langkah-langkah politik Trump baru-baru ini. Terlebih lagi, Menteri Pertahanan AS, Mark Esper menyebut Korea Utara sebagai "negara yang berperilaku buruk." Secara keseluruhan, prospek perundingan antara Korea Utara dan AS menjadi semakin suram, di tambah lagi dengan Trump yang tampaknya kurang tertarik pada Korea Utara.
Sikap Trump seperti ini mungkin dianggap oleh Korea Utara sebagai pertanda yang tidak baik. Menanggapi sikap Washington baru-baru ini, Korea Utara mungkin hendak menggunakan provokasi yang lebih kuat. Ini bukanlah skenario yang diinginkan Korea Utara. Apa lagi AS masih dalam posisi yang ingin melakukan dialog dengan Korea Utara. Pasti ada beberapa faktor yang dapat secara positif memengaruhi hubungan Korea Utara dan AS, meskipun sejauh ini harapan untuk negosiasi mereka tampaknya semakin berkurang.
Pemerintah Korea Selatan juga berupaya menjaga momentum agar dialog antara Korea Utara dan AS tetap bertahan. Menteri Luar Negeri Korea Selatan, Kang Kyung-wha mengatakan bahwa perundingan antar-Korea harus dikaitkan dengan dialog antara Korea Utara dan AS, sembari menekankan pemulihan kerja sama antar-Korea adalah salah satu tujuan pemerintah Seoul untuk tahun ini. AS juga telah menyampaikan pandangan yang sama.
2024-03-19 14:40:05
2024-03-14 15:36:42
2024-02-02 14:21:28