© YONHAP News

Korea Utara menembakkan dua proyektil jarak pendek ke Laut Timur dari daerah sekitar Wonsan pada tanggal 2 Maret. Ini adalah peluncuran rudal pertama Korea Utara pada tahun ini dan dalam 95 hari sejak peluncuran dua proyektil dari apa yang disebut mereka sebagai roket artileri super besar pada tanggal 28 November 2019. 

Ada yang berspekulasi bahwa penembakan rudal Korea Utara baru-baru ini sebenarnya merupakan peringatan terhadap AS. Penembakan baru-baru ini dipandang sebagai upaya Pyongyang untuk membawa perubahan dalam negosiasi yang mandek. Korea Selatan dan Amerika Serikat (AS) telah memutuskan untuk menunda latihan militer gabungan mereka karena merebaknya wabah COVID-19 di Korea Selatan. Provokasi militer Pyongyang baru-baru ini mungkin menunjukkan bahwa pihaknya masih belum puas hanya dengan keputusan tersebut.

Banyak pengamat juga berspekulasi bahwa proyektil Korea Utara yang ditembakkan pada awal pekan ini merupakan pesan untuk penduduk dalam negerinya. Surat kabar resmi Korea Utara, Rodong Sinmun melaporkan bahwa sekitar 7.000 warga setempat yang menunjukkan gejala COVID-19 telah dikarantina. Tampaknya Korea Utara melakukan provokasi untuk memadamkan kegelisahan publik dan memperkuat persatuan internal. 

Terlepas dari niat di belakang provokasi yang dilakukan Korea Utara baru-baru ini, provokasi tersebut dapat memberikan pukulan bagi pemerintah Korea Selatan. Penembakan itu terjadi hanya sehari setelah Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in mengusulkan kerja sama antar-Korea di bidang perawatan kesehatan di tengah menyebarnya COVID-19 secara global. Korea Utara secara jelas telah mencabut kebijakkannya untuk dimulainya kembali dialog antar-Korea. Kini yang menjadi masalah apakah ke depannya Korea Utara akan meluncurkan lebih banyak provokasi atau tidak.