ⓒ Getty Images Bank

Sebuah laporan tahunan Badan Tenaga Atom Internasional, IAEA pada 27 Agustus menunjukkan bahwa ada sejumlah indikasi pengoperasian kembali reaktor nuklir bertenaga 5 megawatt dan laboratorium radiokimia di Yongbyeon, Korea Utara. Laboratorium itu digunakan untuk mengekstrak plutonioum dengan mendaur ulang bahan bakar bekas. Laporan terbaru IAEA menyebutkan bahwa reaktor nuklir Yongbyon tampak kembali dioperasikan setelah berhenti selama sekitar dua setengah tahun terakhir. 

Fasilitas nuklir Yongbyon sempat tidak beroperasi selama masa pemerintahan Trump. Di bawah pemerintahan Biden saat ini, Korea Utara tampak telah mengaktifkan kembali fasilitas tersebut. Korea Utara tampak berharap untuk bernegosiasi dengan pemerintahan Biden, lagi-lagi mengenai Yongbyon. Dengan menunjukkan pihaknya terus memproduksi bahan nuklir di Yongbyon, Korea Utara kembali mengarisbawahi kegunaan kompleks nuklirnya dan mendesak AS untuk segera kembali ke meja perundingan. Di tengah perundingan nuklir yang mandek antara Korea Utara dan AS, Pyongyang menggunakan fasilitas nuklir Yongbyon sebagai sarana untuk menekan Washington.

Di sisi lain, utusan nuklir Korea Selatan, Noh Kyu-duk, mengadakan pembicaraan dengan rekannya dari AS, Sung Kim, di Washington pada awal pekan ini. Pertemuan itu menegaskan kembali komitmen Washington atas solusi diplomatik melalui dialog terkait isu-isu Korea Utara. Juru Bicara Gedung Putih Jen Psaki pun mengatakan laporan IAEA baru-baru ini menggarisbawahi perlunya dialog dan diplomasi untuk mewujudkan denuklirisasi lengkap di Semenanjung Korea. Dengan indikasi baru operasi fasilitas Yongbyon, jantung program nuklir Korea Utara, isu Yongbyon kemungkinan besar akan muncul sebagai salah satu faktor utama yang mempengaruhi negosiasi Korea Utara dan AS ke depan.