Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Presiden Terpilih Yoon Suk Yeol

2022-03-12

Warta Berita

ⓒYONHAP News

Presiden Terpilih Korea Selatan Yoon Suk Yeol adalah sosok politisi baru yang tidak pernah menduduki jabatan pemerintahan yang dipilih oleh rakyat, seperti contohnya anggota parlemen. Yoon lahir di Seoul pada 1960 dan menjadi jaksa setelah lulus dari Fakultas Hukum Universitas Nasional Seoul. Pada tahun 2019 dia diangkat menjadi Jaksa Agung oleh Presiden Moon Jae-in.


Pada saat itu, Yoon menyatakan dengan penuh keyakinan bahwa dia tidak ‘setia kepada seseorang’, seperti presiden, melainkan kepada negara yang berdasarkan hukum.


Di masa pemerintahan Park Geun-hye pada tahun 2013, Yoon menjabat sebagai ketua tim investigasi khusus dalam kasus manipulasi opini masyarakat dan melakukan penyitaan di Badan Intelijen Nasional, sehingga akhirnya dia dihukum dan diturunkan dari jabatannya. Yoon kemudian menjadi Jaksa Agung di bawah pemerintahan Moon Jae-in. Saat itu, dia menolak reformasi sistem yang menghilangkan hak penyelidikan bagi pihak kejaksaan, dan berkonflik dengan pemerintah saat melakukan investigasi terhadap pimpinan kubu partai berkuasa. Selain itu, Yoon juga terlibat dalam tim jaksa khusus Park Yeong-soo yang memungkinkan pemakzulan Presiden Park Geun-hye.


Akibat konflik dengan pemerintahan Moon Jae-in, Yoon terpaksa mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Jaksa Agung, dan kemudian mencalonkan diri sebagai calon presiden dari partai oposisi utama dengan dukungan masyarakat yang sangat besar, dan pada pemilihan umum presiden Korea Selatan ke-20, Yoon berhasil mewujudkan pergantian rezim.


Dalam prosesnya, Presiden Terpilih Yoon dinilai gagal menarik dukungan dari pemilih mengambang, atau masyarakat yang tidak memiliki afiliasi dengan suatu partai politik.


Dalam pemilihan presiden yang baru saja berlangsung pada 9 Maret, Yoon memperoleh 16,39 juta suara atau 48,56 persen dari total suara dan terpilih sebagai Presiden Korea Selatan untuk jabatan kerepresidenan periode ke-20. Selisih suara dengan pesaing utamanya dari partai berkuasa, Partai Demokrat, Lee Jae-myung sangat tipis, yaitu 247 ribu suara atau 0,73 persen poin. Ini dapat diartikan bahwa Yoon tidak mampu menarik lebih dari 50% dukungan masyarakat untuk perubahan rezim.

  

Pemilihan kali ini adalah pemilihan antara para calon presiden ‘yang tidak disukai'. Selama masa kampanye, kedua kubu saling membongkar masalah korupsi yang dilakukan oleh istri dari calon  presiden lawannya, bahkan beberapa dari anggota kubu berlawanan menyatakan dukungan bagi calon presiden dari partai pesaingnya.


Hasil pemilihan umum presiden ini juga menunjukkan konflik antara generasi. Yoon dan Lee mendapatkan dukungan yang hampir sama dari kalangan muda berusia 20-an dan 30-an tahun, tetapi Lee mendapatkan lebih banyak dukungan dari kalangan warga berusia 40-an dan 50-an tahun, sementara Yoon mendapatkan lebih banyak dukungan dari kelompok berusia 60 tahun ke atas.


Ketimpangan dukungan berdasarkan gender juga jelas terlihat. Wanita berusia 20-an tahun berpaling dari Yoon yang berfokus pada pria berusia 20-an tahun. Yoon memperoleh 58,7 persen dukungan dari kelompok laki-laki dan hanya mampu mengamankan 36,6% dukungan dari pemilih perempuan.


Oleh karena itu, dikatakan sangat dibutuhkan adanya kepemimpinan yang komprehensif, yang mampu menyatukan seluruh masyarakat yang telah terpecah belah.

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >