Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in mengatakan pada hari Sabtu (15/08/20) bahwa pemerintahnya siap untuk duduk bersama Jepang kapan saja untuk menyelesaikan perselisihan yang sudah berlangsung lama mengenai kompensasi para korban kerja paksa warga Korea di masa penjajahan Jepang selama Perang Dunia II.
Dalam pidato untuk upacara Hari Kemerdekaan Korea yang digelar di Dongdaemun Design Plaza, Seoul, dia mengatakan bahwa pemerintah Korea Selatan telah berkonsultasi dengan Jepang untuk mencari resolusi yang dapat disepakati oleh para korban dan tetap membiarkan pintu konsultasi terbuka lebar sehingga siap untuk duduk berhadapan dengan pemerintah Jepang kapan saja.
Pemerintah Jepang berpendapat bahwa semua masalah terkait reparasi era kolonial telah diselesaikan dalam perjanjian bilateral antara Korea Selatan dan Jepang tahun 1965. Namun pada Oktober 2018, Mahkamah Agung Korea Selatan memutuskan bahwa hak individu atas kompensasi tetap berlaku meskipun ada kesepakatan antar negara.
Moon mengatakan bahwa melindungi martabat seseorang tidak akan pernah merugikan negara dan upaya bersama Jepang dan Korea Selatan untuk menghormati hak asasi manusia akan menjadi jembatan persahabatan dan kerja sama di masa depan antara kedua negara.
Pada tahun lalu, Moon fokus untuk mengatasi langkah pembatasan ekspor Jepang terhadap Korea Selatan, namun tahun ini dia menyerukan dialog untuk menyelesaikan isu kerja paksa tersebut.
Moon juga membuat tawaran perdamaian terhadap Korea Utara dengan mengatakan bahwa kemerdekaan sejati adalah menjamin impian dan kehidupan setiap orang di Semenanjung Korea yang damai, aman, dan bersatu.
Dia menekankan pentingnya melindungi kehidupan dan keselamatan semua orang di Semenanjung Korea, apalagi dengan peristiwa akhir-akhir ini seperti pandemi COVID-19 dan hujan deras.
Dia berharap kedua Korea dapat bekerja sama lebih erat di tengah situasi keamanan baru pasca COVID-19 untuk mewujudkan satu komunitas dalam hal perdamaian, ekonomi, dan kehidupan.
Moon mengatakan kerja sama antar-Korea adalah kebijakan keamanan terbaik bagi kedua Korea untuk menghindari ketergantungan pada kekuatan nuklir dan militer.