Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump untuk pertama kalinya tidak menyebut Korea Utara dalam pidatonya di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada hari Selasa (22/09/20) waktu setempat.
Trump dalam pidato daringnya yang berdurasi sekitar tujuh menit, mengemukakan pendapatnya tentang pandemi COVID-19, ekonomi, dan kebijakan diplomasi.
Pidato tersebut merupakan yang keempat sejak Trump menjadi presiden AS. Ia terus menyebut isu Korea Utara pada pidatonya di PBB selama tiga tahun sebelumnya.
Perubahan sikap Trump dalam pidatonya tersebut tampaknya dikarenakan negosiasi denuklirisasi antara Korea Utara dan AS yang tengah tersendat.
Trump dan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un telah melakukan tiga kali pertemuan pada tahun 2018-2019, termasuk pertemuan mendadak di desa gencatan senjata, Panmunjeom dengan Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in.
Namun, negosiasi antara keduanya tidak kunjung maju karena rencana denuklirisasi dan sanksi terhadap Pyongyang.
Enam minggu menjelang pemilihan presiden AS, Trump dinilai lebih berfokus untuk mengontrol kondisi saat ini agar Korea Utara tidak melakukan provokasi yang dapat memengaruhi kampanye pilpres daripada mengembangkan hubungan antara kedua negara secara drastis.
Korea Utara juga kemungkinan akan meluncurkan rudal balistik berbasis kapal selam (
submarine-launched ballistic missile, SLBM) pada hari peringatan 75 tahun berdirinya Partai Buruh Korea yang berkuasa yang jatuh pada tanggal 10 Oktober.
Berdasarkan segala kondisi tersebut, Trump ditafsirkan ingin mempertahankan kondisi saat ini dalam pidato terakhirnya di Sidang Umum PBB.