Pemerintah Korea Selatan untuk pertama kalinya mengizinkan seorang pria yang menolak wajib militer atas alasan keyakinan pribadi untuk melakukan layanan alternatif wajib militer.
Komite Pemeriksa Layanan Alternatif pada hari Rabu (24/02/21) mengatakan bahwa pihaknya telah memutuskan pada bulan lalu untuk menerima permintaan dari seorang pria berusia 30 tahun untuk menjalani layanan alternatif wajib militer.
Berdasarkan hukum yang berlaku, semua pria Korea Selatan yang sehat secara jasmani dan rohani di usia antara 18-28 tahun diwajibkan untuk mengikuti wajib militer selama sekitar dua tahun.
Pemerintah Korea Selatan sebelumnya telah mengizinkan mereka untuk menjalani layanan alternatif karena keyakinan agama, namun kali ini adalah pemberian izin pertama yang berdasarkan pada kepercayaan pribadi.
Pria itu menolak untuk mengikuti wajib militer pada April 2018 karena keyakinannya pada non-kekerasan dan perdamaian, dan meminta agar pemerintah mengizinkannya untuk melakukan layanan alternatif pada tahun lalu.
Saat mengambil keputusan terbaru, komite tersebut dikatakan telah mempertimbangkan fakta bahwa pria tersebut aktif bekerja dalam kelompok sipil anti-perang dan terus berpartisipasi dalam acara-acara terkait penolakan wajib militer atas alasan hati nurani.
Kesaksian oleh orang-orang yang dekat dengan pria itu juga dilaporkan telah memengaruhi keputusan tersebut.
Sejak undang-undang yang mengizinkan layanan alternatif wajib militer diberlakukan pada tahun lalu, sebanyak 2.052 orang telah meminta untuk diberikan layanan alternatif dan pemerintah telah menerima permintaan dari 944 orang.
Selain dua orang, 942 orang lainnya diizinkan melakukan layanan alternatif atas alasan kepercayaan agama.