Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyatakan kekhawatirannya atas tanda-tanda dimulainya kembali aktivitas di kompleks nuklir Yongbyon Korea Utara, dan mendesak negara tersebut untuk mematuhi kewajiban internasionalnya.
 
Disampaikan pada Dewan Gubernur IAEA pada hari Senin (13/9), Direktur Jenderal Rafael Grossi menyatakan bahwa kegiatan nuklir Korea Utara terus menjadi “penyebab kekhawatiran yang serius”.
 
Grossi mengatakan bahwa adanya indikasi baru pengoperasian reaktor lima megawatt dan Laboratorium Radiokimia yang sangat meresahkan.
 
Dia menambahkan bahwa kelanjutan program nuklir Korea Utara jelas merupakan pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB dan keadaan ini sangat disesalkan.
 
Kepala IAEA kemudian mendesak Pyongyang untuk sepenuhnya mematuhi kewajiban terkait resolusi Dewan Keamanan PBB dan bekerja sama dengan dewan pengawas nuklir untuk dapat mengimplementasi secara penuh Perjanjian Pengamanan NPT.
 
Dia juga meminta Korea Utara untuk menyelesaikan semua masalah yang belum terselesaikan, terutama masalah yang muncul selama ketidakhadiran inspektur IAEA di negara tersebut.
 
Sementara itu, dalam laporan program nuklir Korea Utara yang dikeluarkan pada 27 Agustus lalu, IAEA mengatakan bahwa sejak awal Juli telah ada indikasi pengoperasian Unit Percobaan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Yongbyon. Hal tersebut juga terlihat dari adanya pelepasan air pendingin buangan dari kegiatan pembangkitan listrik.
 
Laporan tersebut mencatat bahwa reaktor lima megawatt ini merupakan fasilitas utama dari program nuklir Korea Utara. Bahan bakar nuklir sisa kemudian diproses ulang untuk memisahkan plutonium yang menjadi elemen kunci dalam pembuatan senjata nuklir.