Pemerintah Korea Selatan akan mengubah langkah-langkah untuk menekan penyebaran pandemi COVID-19 agar menjadi lebih efektif dan baik dalam melawan varian Omicron. 

Demikian pula cara pemeriksaan dini terhadap kasus positif COVID-19 pun akan mengalami perubahan. 

Warga yang tidak termasuk dalam kelompok berisiko tinggi akan menerima rapid test antigen dan bukan tes PCR sebelumnya. 

Meskipun hasil rapid test antigen dapat langsung keluar hanya dalam waktu sepuluh menit saja, namun dilaporkan bahwa keakuratannya lebih rendah dari tes PCR, yaitu sekitar 40 persen. 

Dengan kata lain, dalam hasil pemeriksaan menggunakan rapid test antigen, enam dari sepuluh orang yang belum menunjukkan gejala atau berada di tahap awal tertular virus corona akan menunjukkan hasil tes negatif.  

Namun demikian, jika hasil rapid test antigen positif, maka kemungkinan penularan yang sebenarnya diketahui cukup tinggi.

Oleh karena itu, para ahli mengusulkan agar mereka yang mendapatkan hasil rapid test antigen positif agar segera melakukan proses karantina atau dirawat inap, daripada melakukan tes ulang dengan tes PCR. 

Saat ini, kapasitas tes PCR harian di Korea Selatan mencapai hingga 850.000 per hari, dan tampaknya penerapanan rapid test antigen tidak terhindarkan di tengah lonjakan kasus baru yang dipicu oleh varian Omicroan. 

Namun, para ahli mengatakan bahwa jika tidak digunakan dengan tepat sebagai tambahan, maka penerapan rapid test antigen dapat menyebabkan kebingungan di tengah masyarakat.