Pemerintah Korea Selatan menilai kondisi ekonomi Korea Selatan pada tahun lalu dengan pertumbuhan 4 persen merupakan pemulihan ekonomi yang paling cepat dipulih di antara negara-negara G20. Namun dikatakan bahwa kondisi di kuartal pertama 2022 tidak stabil akibat pengetatan langkah pencegahan penyebaran COVID-19 dan unsur eksternal.
Kementerian Strategi dan Keuangan Korea Selatan mengeluarkan penilaian tersebut dalam sebuah laporan mengenai pendapatan domestik bruto (PDB) rill tahunan Korea Selatan pada hari Selasa (25/01).
Menurut pemerintah, kondisi pemulihan ekonomi yang sedikit menghadapi stagnasi di kuartal ketiga tahun lalu kembali aktif di kuartal keempat, sehingga berhasil mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 4 persen sesuai dengan yang diperkirakan pemerintah sebelumnya.
Khususnya, permintaan domestik, ekspor, investasi, dan keuangan berkontribusi dalam pencapaian pertumbuhan 4 persen tersebut, sehingga dikatakannya bahwa pertumbuhan itu dicapai melalui kerja sama antara rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah.
Konsumsi swasta sedikit naik berkat langkah pengaktifan konsumsi oleh pemerintah, namun masih berada di bawah level sebelum pandemi.
Konsumsi swasta, termasuk konsumsi di luar negeri, hanya tumbuh 3,6 persen setelah mengalami penurunan 5 persen pada tahun 2020.
Pengeluaran fiskal pemerintah meningkat akibat pembelian vaksin, dan dilaporkan bahwa kondisi ekspor cukup baik.
Namun, kondisi kuartal pertama tahun ini dinilai tidak stabil akibat penyebaran COVID-19, pengetatan langkah pencegahan penyebaran virus, stagnasi kondisi ekonomi G2, dan lainnya.
Pemerintah menyatakan akan melakukan manajemen risiko baik dari dalam maupun luar negeri yang mengganggu kondisi pemulihan ekonomi Korea Selatan.