Lembaga penelitian Korea Selatan aktif mendukung penelitian kebijakan untuk revolusi industri keempat di Indonesia.
Pada hari Selasa (24/05), Institut Penelitian Ekonomi dan Ilmu Pengetahuan di bawah kantor Perdana Menteri Korea Selatan mengumumkan 13 tugas penelitian dan kerja sama yang dilakukan oleh Kementerian Perdagangan Indonesia bersama para peneliti dari kedua negara pada tahun ini mengenai revolusi industri keempat di Indonesia.
Penelitian bersama tersebut mencakup penelitian pengembangan industri otomotif Indonesia di era mobil listrik.
Indonesia adalah negara pemilik bahan baku baterai meliputi nikel, kobalt, dan bahan baku lainnya, serta tengah menarik investasi perusahaan baterai dan otomotif asing.
Hyundai Motor Group telah mulai memproduksi mobil listrik IONIQ 5 pada bulan Maret di pabrik yang dibangun di luar kota Jakarta, Indonesia. Selain itu, pabrik produksi baterai juga tengah dibangun oleh Hyundai Motof Grup dan LG Energy Solution.
Kedua negara akan mengamati kerja sama rantai pasokan antara Korea Selatan dan Indonesia serta reformasi industri makanan, sistem logistik, pabrik pintar, indiustri pencetakan 3D, teknololgi informasi dan teknologi, dan lainnya.
Penelitian tersebut menghadirkan 35 orang peneliti Korea Selatan dan Indonesia dari masing-masing bidang.
Kementerian Perdagangan Inodnesia dan Institut Penelitian Ekonomi dan Ilmu Pengetahuan Korea Selatan yang memayungi 26 lembaga penelitian nasional menandantangai nota kesepahaman pada bulan September 2018, ketika Presideen Joko Widodo mengunjungi Korea Selatan.
Pemerintah Indonesia menyediakan peta jalan untuk mewjudkan revolusi industri keempat pada tahun 2030 dan lembaga penelitian Korea Selatan berkontribusi memberikan dukungan untuk proyek tersebut.
Akibat pandemi COVID-19, hingga saat ini, rapat digelar secara online, namun mulai tahun ini, kedua negara aktif melakukan pertukaran setelah mengadakan rapat tahap ketiga di Jakarta.