Menteri Luar Negeri dari sembilan negara, meliputi Korea Selatan, Amerika Serikat (AS), Australia, Kanada, Chili, Irlandia, Selandia Baru, Swedia, dan Inggris, mengeluarkan pernyataan bersama yang mengecam Iran yang melalui pengontrolan internet menekan protes masyarakat yang dipicu oleh meninggalnya seorang mahasiswi.
Menurut para Menteri Luar Negeri, pihaknya mengecam penindasan otoritas Iran terhadap para demonstran yang dilakukan dengan cara mengontrol platform online dan internet.
Selain itu, pihaknya menaruh perhatian pada kekerasan yang dihadapi para wanita Iran yang memimpin demonstrasi di seluruh negeri untuk memprotes tewasnya seorang mahasiswi, Mahsa Amini.
Demonstrasi untuk memprotes tewasnya Mahsa Amini setelah ditangkap oleh pihak berwenang Iran akibat tidak mengenakan penutup kepala terus berlangsung sejak bulan September lalu.
Kesembilan menteri tersebut mengatakan bahwa perempuan di Iran menuntut penghormatan kebebasan dasar dan hak asasi manusia dalam menghadapi pelecehan dan pelecehan online yang ditargetkan oleh otoritas Iran terhadap mereka.
Ditambahkan pula, mereka berupaya dengan berani menyampaikan pesan melalui media sosial, namun sebaliknya otoritas Iran malah menyampaikan informasi palsu untuk mendiskredit dan membungkam aksi protes mereka.
Para menteri mengungkapkan bahwa aksi pemerintah Iran tersebut adalah aksi terencana untuk menghentikan gerakan demokrasi dan mengkonsolidasi kekuatan politiknya, dan kekerasan berbasis gender dengan menggunakan teknologi mengancam jiwa, keselamatan, dan penghidupan.
Pihaknya meminta dunia internasional bekerja sama agar para perempuan dapat mengakses informasi secara online dan memanfaatkan platform online secara efektif.
Ditambahkan pula, pihaknya berdiri dalam solidaritas bersama para perempuan Iran, dan terus mengupayakan langkah untuk mendukung wanita di seluruh dunia untuk dapat menggunakan hak mereka dengan bebas dan aman baik secara online maupun offline.