Institut Penelitian Kutub Korea Selatan (KOPRI) menyatakan bahwa satu-satunya kapal pemecah es milik Korea Selatan, Araon, yang berlayar ke Kutub Utara bulan Juli lalu telah kembali ke Pelabuhan Gwangyang pada Kamis (23/9).

Dalam pelayaran selama 85 hari itu, kapal Araon berhasil mengobservasi kadar ozon stratosfer di Stasiun Penelitian Jang Bogo di Kutub Selatan.

Araon mengobservasi stratosfer dari Kutub Selatan dan Kutub Utara secara bersamaan untuk pertama kalinya dalam sejarah penelitian kutub Korea Selatan, dan mengonfirmasi kadar ozon di Kutub Selatan lebih rendah daripada Kutub Utara. 

Tim peneliti itu juga berhasil memotret aliran metana di sedimen dasar laut di timur Laut Siberia.

Laut Siberia merupakan wilayah di mana terdapat banyak gas metana yang mempercepat pemanasan global dan kapal Araon mengamati hal tersebut selama lima tahun sejak menemukan gas metana dengan kadar tinggi lebih dari 30 kali lipat dari kadar yang terdapat di atmosfer pada tahun 2016 lalu.

Tim peneliti juga memasang fasilitas sistem observasi laut dan atmosfer di Laut Bering, pintu masuk Samudra Arktik, untuk mengetahui penyebab suhu tinggi di laut sekitar Korea Selatan. Data-data dari fasilitas itu ditransmisi ke Korea Selatan setiap jam melalui satelit.

Tim Araon juga menemukan wilayah di mana terkubur nodul mangan yang dijuluki 'emas hitam di laut' dan 40 jenis hasil laut.

Ketua KOPRI menguraikan bahwa pihaknya memperoleh cukup data observasi dan eksplorasi dalam pelayaran kali ini dan memacu penelitian agar hadiah-hadiah yang dibawa pulang dari Kutub Utara dapat dimanfaatkan untuk masa depan Korea Selatan.