Korea Selatan mengalami defisit neraca perdagangan selama empat bulan berturut-turut.
Menurut data yang dirilis dari Kementerian Perindustrian, Perdagangan dan Energi pada Senin (01/08), Korea Selatan membukukan ekspor sebanyak 60,7 miliar dolar AS pada Juli, meningkat 9,4 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Namun, Korea Selatan mencatatkan defisit perdagangan sebesar 4,67 miliar dolar AS, sebagaimana jumlah impor melonjak 21,8 persen menjadi 65,37 miliar dolar AS dalam periode tersebut.
Korea Selatan mengalami defisit perdagangan selama empat bulan berturut-turut sejak April, menandai yang pertama kalinya dalam 14 tahun sejak Korea Selatan mencatatkan defisit perdagangan selama empat bulan berturut-turut pada 2008.
Meski demikian, volume ekspor untuk produk minyak bumi, otomotif, dan baterai sekunder membukukan rekor tertinggi baru di bulan Juli, dan ekspor semikonduktor pun mendorong peningkatan ekspor.
Sementara itu, akibat berlanjutnya kenaikan harga energi yang tinggi, jumlah ekspor produk minyak mentah dan gas pada bulan Juli tercatat sebesar 18,5 miliar dolar AS, melonjak 8,79 miliar dolar dibandingkan setahun yang lalu.
Meskipun jumlah ekspor meningkat, namun harga energi yang tinggi mendorong lonjakan nilai impor, sehingga perdagangan Korea Selatan mencatatkan defisit.
Eskpor ke Amerika Serikat pada periode tersebut menorehkan rekor tertinggi baru dengan catatan 10 miliar dolar AS, sementara eskpor ke China turun 2,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.