Nenek Lee Geum-ju, yang kehilangan suaminya semasa penjajahan Jepang dan telah terus membantu para korban kerja paksa, dilaporkan meninggal dunia di usia 102 tahun. 

Kisah dari 1.200 orang korban kerja paksa yang secara langsung dicatat sendiri oleh nenek Lee menjadi data penting untuk membuktikan kerja paksa yang dilakukan oleh Jepang pada masa penjajahan Jepang di Korea. 

Pada tahun 1942 dalam Perang Pasifik, suami nenek Lee diseret oleh tentara Jepang. 

Nenek Lee dan putranya pun kemudian hanya menerima surat yang memberitahukan tentang berita kematian suaminya. 

Dia memutuskan untuk memberitahukan kisah dari para korban kerja paksa tersebut pada saat menjelang usianya yang ke-70 tahun pada tahun 1988 lalu. 

Dengan memanfaatkan rumahnya sebagai kantor, dia secara langsung menuliskan kisah kerja paksa yang dialami oleh 1.273 orang korban dan keluarganya melalui pertemuan langsungnya dengan mereka. 

Nenek Lee mengajukan tujuh gugatan kepada Kementerian Kehakiman Jepang, dan upayanya mengunjungi Jepang sebanyak 80 kali menjadi landasan penting untuk kemenangan gugatan korban kerja paksa pada tahun 2018 lalu.  

Dia memberitahukan kepada dunia mengenai 'Insiden Ukishima Maru', di mana para korban kerja paksa yang dimobilisasi dengan Kapal Ukisihma tenggelam, dan mengambil inisiatif untuk mendorong pembuatan UU Khusus Kerja Paksa. 

Seorang pemimpin dalam pertemuan warga terkait nenek korban kerja paksa Lee Guk-eon mengatakan bahwa upaya nenek Lee bermanfaat untuk mengevaluasi penderitaan para korban dengan peluncuran komite pencarian fakta, serta menjadi dasar dalam upaya penerapan UU khusus terkait. 

Para anggota dalam pertemuan itu menggelar upacara pemakaman bagi mendiang nenek Lee Geum-ju bersama masyarakat dan mengupayakan langkah untuk penyimpanan data kerja paksa yang ditinggalkannya.