Sebuah kelompok peretas Korea Utara dituduh mencoba meretas data sejumlah pejababat urusan luar negeri dan keamanan Korea Selatan dengan mengirimkan email dan menyamar sebagai wartawan serta anggota parlemen Korea Selatan.
 
Menurut Badan Kepolisian Nasional Korea Selatan pada hari Minggu (25/12), kelompok tersebut mengirimkan email phishing atas nama kantor sekretaris seorang anggota parlemen Korea Selatan kelahiran Korea Utara, Tae Yong-ho, kepada seorang ahli urusan diplomasi dan keamanan pada bulan Mei. 

Tae Yong-ho mengatakan bahwa dirinya kaget saat mendengarkan rincian kasus tersebut. Dia mengira email tersebut berasal dari kantor sekretaris anggota parlemen.
 
Grup itu juga mengirim email serupa kepada setidaknya 800 pakar luar negeri dan keamanan Korea Selatan pada Oktober. 
 
Dalam beberapa kasus, peretas berhasil melakukan serangan ransomware, di mana peretas menggunakan perangkat lunak untuk mengunci data atau jaringan komputer korban dan meminta tebusan untuk membuka kembali jaringan.
 
Polisi memperkirakan 49 penerima email tersebut masuk ke laman situs web phishing, namun dilaporkan tidak terdapat informasi intelijen tentang urusan luar negeri ataupun keamanan yang bocor. Dipastikan bahwa tidak terdapat kerugian besar dari kasus peretasan kali ini.
 
Polisi meyakini kelompok peretas Korea Utara yang dikenal dengan nama "Kimsuky", yang meretas Perusahaan Tenaga Air dan Nuklir Korea Selatan pada 2014, berada di balik aktivitas peretasan terkini.
 
Polisi juga untuk pertama kalinya mengonfirmasi bahwa kelompok peretas Korea Utara meminta pembayaran dalam mata uang kripto.