Salah satu jam matahari dari zaman Kerajaan Joseon yang telah berkeliaran di luar negeri selama bertahun-tahun, telah kembali ke Korea Selatan dan tengah siap untuk dilelang.
 
Berdasarkan Sejong Sillok, atau buku sejarah Sejong, disebutkan bahwa jam matahari berbentuk kuali dapat dengan mudah diakses oleh publik dengan dipasang di jalanan pada tahun 1434.
 
Jam matahari, Angbuilgu, yang dikembalikan baru-baru ini, berukuran diameter 32,4 cm dan tinggi 15 cm, serta berat sekitar 10 kilogram, dengan dekorasi bertatahkan perak yang halus dan fitur lainnya menjadikan Angbuilgu sebuah karya seni berkualitas tinggi yang diproduksi oleh pengrajin terampil.
 
Lee Yong-sam, profesor astronomi dan ilmu antariksa di Universitas Nasional Chungbuk, mengatakan tidak seperti jam matahari lainnya, Angbuilgu ini tampak memiliki fungsi yang lebih sederhana dan sangat praktis bagi warga Joseon yang sebagian besar adalah petani.
 
Warisan budaya ini diyakini diciptakan pada akhir masa Kerjaan Joseon dan pernah dipamerkan di sebuah museum jam di Jerman, dan kemudian dikembalikan ke Korea Selatan setelah melalui sebuah lelang di Amerika Serikat baru-baru ini.
 
Angbuilgu yang telah kembali ini, secara historis penting sebagai simbol dari bagian berharga warisan ilmiah yang dicapai di masa kerajaan Raja Agung Sejong.
 
Profesor Lee juga mengutarakan bahwa seperti penciptaan huruf Hangul, terdapat semangat cinta dari Raja Sejong bagi rakyatnya yang terkandung dalam jam matahari ini, sehingga setiap orang dapat mengenali waktu dan pembagian 24 musim dalam setahun menurut kalender lunar yang disebut Jeolgi.
 
Jam matahari itu akan dipamerkan bagi publik hingga tanggal 24 November, sebelum kemudian akan dilelang.