Pemerintah Korea Selatan telah memutuskan untuk melepas cadangan minyak nasional selama tiga bulan mulai bulan Januari tahun depan.
Cadangan minyak pemerintah yang akan dilepas ke pasar adalah sebanyak 3,17 juta barel, atau 3,3 persen dari total cadangan yang ada.
Jumlah tersebut hampir sama dengan jumlah cadangan minyak yang dilepas saat situasi Libya pada tahun 2011 lalu mempengaruhi harga minyak global.
Pemerintah Korea Selatan kini memiliki cadangan minyak sebanyak 97 juta barel dan mampu digunakan untuk sekitar 106 hari berdasarkan standar Badan Tenaga Atom Internasional.
Pemerintah Korea Selatan pada akhir bulan November lalu telah memutuskan untuk bergabung dengan Amerika Serikat, Jepang, dan India untuk merilis stok minyak secara terkoordinasi untuk meredam kenaikan harga minyak global.
Setelah berkonsultasi dengan perusahaan minyak di dalam negeri, pemerintah Korea Selatan kemudian menetapkan jumlah cadangan minyak yang akan dilepas tersebut.
Pemerintah menerangkan bahwa sisa cadangan minyak setelah pelepasan tersebut masih mampu mencukupi kebutuhan selama 103 hari, sehingga mampu menanggulangi krisis pasokan yang terjadi secara mendadak di masa depan.
Pelepasan cadangan minyak pemerintah itu akan dilakukan mulai Januari hingga Maret tahun depan sejalan dengan rencana produksi dari masing-masing perusahaan minyak.
Namun berdasarkan rencana produksi dari perusahaan-perusahaan tersebut, kemungkinan akan terdapat beberapa penundaan hingga April tahun depan.
Baru-baru ini, harga minyak meningkat karena ekspektasi keputusan negara-negara sekutu untuk melepaskan stok minyak. Namun sejak awal bulan lalu, harga minyak telah turun ke level bawah 80-an dolar AS per barel.
Dengan adanya penyebaran virus corona varian Omicron dan peningkatan produksi di negara-negara penghasil minyak utama dunia, harga minyak bulan ini berada di kisaran 70 dolar AS per barel.