Korea Selatan kembali membukukan rekor terendah kelahiran bayi, dengan catatan angka kelahiran di bawah 260.000 bayi, akibat pandemi COVID-19 di tengah situasi penurunan tajam tingkat kesuburan.
Menurut data yang dirilis Badan Pusat Statistik Nasional Korea Selatan, total 26.500 bayi lahir pada tahun 2021, berkurang 11.800 bayi dibandingkan setahun sebelumnya.
Tingkat kesuburan, yang menghitung jumlah bayi yang diperkirakan akan dilahirkan seorang wanita selama masa hidupnya, menyentuh titik terendah baru dengan catatan 0,81 bayi pada tahun lalu.
Tingkat kesuburan Korea Selatan tetap berada di level terendah di antara negara-negara anggota OECD.
Sementara itu, Korea Selatan mencatatkan angka kematian yang meningkat seiring pertumbuhan usia lanjut yang cepat hingga mencapai 317.800 jiwa pada tahun lalu. Angka tersebut merupakan jumlah tertinggi dalam sejarah Korea Selatan.
Mortalitas tersebut mengakibatkan penurunan populasi alami Korea Selatan sebanyak 57.300 jiwa pada tahun lalu, turun lebih dari 20.000 jiwa dibandingkan tahun 2020.
Seorang pejabat senior di Badan Pusat Statistik, Roh Hyung-joon, memperkirakan bahwa angka kelahiran akan terus turun, sedangkan angka kematian terus bertambah, sehingga penuruan populasi alami akan terus berlanjut.
Seorang perempuan di Korea Selatan rata-rata melahirkan anak pertama di usia 33,4 tahun, naik 0,2 persen dari setahun sebelumnya. Sementara jumlah perempuan yang melahirkan di usia 20-an tahun mengalami penurunan lebih dari 10 persen.
Terlebih lagi akibat pandemi COVID-19, selain menyebabkan fenomena penundaan pernikahan, pasangan suami istri baru pun memilih untuk menunda memiliki anak. Hal ini mendorong meningkatnya kekhawatiran akan penurunan populasi alami yang semakin tinggi.