Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 rampung setelah pertemuan selama 2 hari di Bali, Indonesia, pada 15-16 Juli.
 
Dalam pertemuan kedua sejak Rusia menginvasi Ukraina, para pemimpin negara-negara G20 di bidang ekonomi sependapat bahwa tren pemulihan ekonomi global melambat secara signifikan akibat inflasi tinggi.
 
Namun, para peserta gagal membuat pernyataan bersama yang menyatakan perang sebagai penyebab krisis ekonomi global saat ini, sebagaimana pertentangan besar terjadi antara Rusia dan negara-negara Barat lainnya, termasuk Amerika Serikat.
 
Dalam pertemuan tersebut, Wakil Perdana Menteri (PM) Urusan Perekonomian Korea Selatan Choo Kyung-ho menyebut stabilisasi inflasi sebagai tugas kebijakan yang harus diprioritaskan.
 
Dia juga kembali menghimbau perlunya kerja sama erat dari negara-negara di dunia untuk mencegah resesi ekonomi global.
 
Khususnya, Choo mendesak penyediaan pedoman prosedur penghapusan utang, sebagaimana negara-negara berpenghasilan rendah mengalami masalah yang lebih besar. 
 
Di sela-sela pertemuan Menteri Keuangan G20 tersebut, Wakil PM Korsel juga mengadakan pertemuan bilateral dengan Ketua Dana Moneter Internasional Kristalina Georgieva, yang menyebut bahwa tingkat pertumbuhan global yang akan dirilis pada Juli ini bahkan lebih suram daripada yang dirilis pada bulan April lalu.
 
Selain itu, Choo juga melakukan pertemuan resmi pertamanya dengan Menteri Keungangan AS Janet Yellen untuk membahas isu perlambatan ekonomi. 
 
Keduanya dijadwalkan akan secara rinci membahas kerja sama ekonomi antara Seoul dan Washington, seperti sanksi terhadap Rusia dan swap valuta asing, saat Menteri Yellen mengunjungi Seoul pada 19 Juli.