Sebuah kapal dagang Korea Utara menyeberangi Garis Batas Utara (NLL), perbatasan de facto maritim antara kedua Korea di Laut Kuning pada Senin (24/10). 

Kepala StaF Gabungan (JCS) mengatakan bahwa kapal Korea Utara, Mupo, melanggar NLL sejauh 27 kilometer barat laut Pulau Baengnyeong di Laut Barat pada sekitar pukul 03.42 waktu setempat.

Pihak militer kemudian mengirimkan pesan peringatan melalui jalur komunikasi dan menembakkan tembakan peringatan untuk menginstruksikan kapal tersebut mundur.

Pihaknya menyebut pelanggaran garis NLL tersebut sebagai "intrusi" dan menganalisis situasi itu sebagai kecelakaan.

Sebelumnya pada Maret, kapal dagang Korea Selatan lainnya masuk ke garis perbatasan NLL bersama dengan sebuah kapal patroli Korea Utara, menyebabkan militer Korea Selatan untuk merespons.

Insiden serupa juga terjadi pada November 2019, saat sebuah kapal Korea Utara terdeteksi melewati garis NLL di perairan Pulau Baengnyeong menuju utara sebelum kemudian keluar dari garis perbatasan tersebut.

Di sisi lain, Korea Utara mengatakan bahwa beberapa artileri ditembakkan ke wilayah zona penyangga di Laut Kuning pada Senin (24/10) sebagai tembakan peringatan, menuduh kapal Korea Selatan melewati Garis Demarkasi Militer (MDL).

Kantor Pusat Berita Korea Utara (KCNA) pada Senin (24/10) mengatakan bahwa pihaknya menyampaikan klaim Staf Umum Tentara Rakyat Korea Utara yang mengungkapkan bahwa Korea Selatan mengiring kapal untuk berbelok sekitar 2,5 kilometer menyeberangi MDL ke perairan yang dikontrol oleh militer Korea Utara pada pukul 03.50 pagi waktu setempat.

Militer Korea Utara menekankan bahwa "intrusi" yang dilakukan Korea Selatan adalah alasan yang dibuat untuk menggerebek kapal tidak teridentifikasi, menambahkan bahwa 10 artileri ditembakkan sebagai tanggapannya.

Rezim itu berargumen bahwa Kepala Staf Gabungan Korea Selatan sehari sebelumnya mendeteksi artileri ditembakkan dari sekitar Tanjung Jangsan, Provinsi Hwanghae Selatan pada pukul 05.14 pagi ke zona penyangga utara di Garis Batas Utara (NLL).