Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) Jake Sullivan menyatakan bahwa Seoul dan Washington tampak memiliki pandangan yang sedikit berbeda dalam pendekatan diplomasi terhadap Korea Utara, seperti dalam hal waktu dan persyaratan. 
 
Adapun, dia menerangkan bahwa kedua negara telah mengadakan diskusi yang produktif dan konstruktif, bahkan pada dasarnya kedua negara memiliki posisi yang sama dalam inti rencana strategis dan keyakinan. 
 
Menurutnya, keduanya mungkin memiliki perspektif yang sedikit berbeda tentang urutan yang tepat, waktu, dan kondisi untuk langkah-langkah yang berbeda, tetapi pada dasarnya sepaham mengenai inti inisiatif strategis.
 
Tampak bahwa Washington menyampaikan posisi resminya secara berhati-hati mengenai pengumuman deklarasi akhir perang yang secara aktif didorong oleh pemerintah Korea Selatan.
 
Sementara itu, dalam sebuah wawancara dengan KBS di Washington, seorang Pelapor Khusus PBB untuk Hak Asasi Manusia Korea Utara mengatakan bahwa pandemi COVID-19 tidak dapat dijadikan alasan untuk membenarkan isolasi Korea Utara.
 
Dalam wawancara yang digelar pada hari Selasa (26/10) waktu setempat, Tomas Ojea Quintana menyatakan perlunya upaya kreatif untuk dialog, termasuk pelonggaran sebagian sanksi terhadap Korea Utara, untuk mengatasi masalah kelangkaan pangan di Korea Utara yang telah memburuk sejak pandemi merebak.
 
Dia lebih lanjut mengatakan bahwa harus dilakukan upaya untuk menghindari pemberian peluang kepada kelompok garis keras Korea Utara untuk menggunakan pandemi COVID-19 sebagai alasan untuk mempertahankan isolasi Korea Utara dari dunia luar.

Ditambahkannya, badan-badan PBB telah memulai diskusi tentang bantuan kemanusiaan, dengan menegaskan bahwa bantuan tersebut tidak boleh diganggu oleh situasi politik.