Para pemimpin dan wakil dari masing-masing negara menyatukan pandangan dalam Deklarasi Seoul yang menyatakan krisis iklim menjadi ancaman internasional yang bukan hanya mempengaruhi lingkungan tapi juga berbagai bidang lain, meliputi ekonomi, keamanan, dan lainnya.

Para pemimpin tersebut menyepakati untuk mengadopsi Deklarasi Seoul yang memuat komitmen masyarakat internasional untuk bersama menghadapi dan mengatasi keseriusan krisis iklim.

Deklarasi Seoul mengusulkan langkah praktis oleh dunia internasional untuk mengatasi krisis iklim. 

Untuk itu, masing-masing negara akan berupaya untuk mencegah peningkatan suhu bumi lebih dari 1,5 derajat Celsius dan mempercepat pengalihan ke sumber energi bebas batu bara. 

Semua pihak juga menyepakati untuk menanggulangi masalah sampah plastik di laut melalui kerja sama negara maju dan berkembang. 

Presiden Moon Jae-in menekankan bahwa masalah iklim tidak dibatasi oleh perbatasan negara, sehingga negara-negara maju dari segi penangulangan iklim harus bersama menanggung beban dengan negara berkembang untuk mencapai netralitas karbon.

Ditambahkan pula, Korea Selatan siap berperan untuk menjembatani negara-negara berkembang dan maju, serta berjanji memperluas bantuan pembangunan resmi (ODA) di bidang iklim dan mendukung badan-badan internasional terkait.

Konferensi P4G yang berlangsung selama dua hari di Seoul telah selesai, dan konferensi dua tahunan P4G berikutnya akan digelar di Kolombia.

Sementara itu, Konferensi P4G di Seoul kali ini yang dihadiri oleh 68 orang pemimpin negara, termasuk Presiden Moon Jae-in, Perdana Menteri China Li Keqiang, dan para kepala badan internasional lainnya, digelar secara virtual akibat pandemi COVID-19 yang masih merebak.