Saat insiden pembelotan ke Korea Utara pada tanggal 1 lalu terjadi, peralatan pengintai militer Korea Selatan mendeteksi seorang pembelot Korea Utara beberapa kali melintasi pagar kawat di perbatasan DMZ, tetapi pihak militer menyatakan itu bukanlah suatu hal yang tidak biasa.

Bahkan dilaporkan terjadi kesalahpahaman pada tahap awal operasi, di mana pihak militer salah memahami situasi tersebut sebagai pembelotan ke Korea Selatan dan bukan dari Korea Selatan ke Korea Utara.
 
Kepala Staf Gabungan (JCS) Korea Selatan pada hari Rabu (05/01) mengeluarkan hasil investigasi kasus pembelotan ke Korea Utara tersebut.
 
Menurutnya, pada tanggal 1 Januari sekitar pukul 18.36 waktu Korea, tiga kamera pengintai yang dipasang di pos penjaga mendeteksi pembelot ke Korea Utara yang sedang melintasi pagar kawat sebanyak lima kali.
 
Namun, petugas CCTV dinyatakan gagal menyadari hal itu saat kejadian tersebut terjadi.

Dikatakan juga saat memutar video, terdapat perbedaan waktu antara video yang direkam di server penyimpan video dan yang direkam dalam waktu nyata.
 
Berdasarkan penilaian tersebut, kantor komando dan kontrol batalion tidak melaporkan hal itu ke unit atasannya setelah insiden itu terjadi.
 
Selain itu, saat pembelot Korea Utara tersebut melintasi pagar Pos Jaga Umum (GOP), lampu peringatan menyala dan alarm peringatan berbunyi, sehingga tim tanggap pertama yang terdiri dari 6 orang, termasuk komandan peleton, memeriksa area pagar namun tidak ditemukan sesuatu yang tidak lazim.

Menurut JCS, berdasarkan pendeteksian dari sistem pengawasan termal setelah pembelot itu melintasi garis demarkasi milier, tidak terdapat kontak antara pembelot tersebut dengan empat tentara Korea Utara.
 
Pada hari Kamis (06/01) besok, pihak JCS akan mengadakan pertemuan komando operasi darurat dan memutuskan penerapan periode khusus untuk meningkatkan kinerja misi pasukan yang ditempatkan di DMZ.