Istilah 'Korea Utara adalah musuh' kembali digunakan dalam Buku Putih Pertahanan Korea Selatan yang diterbitkan setiap dua tahun sekali.

Kementerian Pertahanan Korea Selatan pada Kamis (16/02) menerbitkan Buku Putih Pertahanan 2022 yang memuat prestasi pelaksanaan kebijakan pertahanan selama dua tahun sejak tahun 2021 dan arah kebijakan ke depan.

Di bagian 'tujuan pertahanan' dalam Buku Putih tersebut, kementerian memuat pernyataan bahwa 'rezim dan militer Korea Utara adalah musuh Korea Selatan'.  

Menurut kementerian, penggunaan istilah tersebut didorong oleh langkah Korea Utara memuat upaya mengubah Semenanjung Korea menjadi menjadi komunis dalam Peraturan Partai Buruh yang direvisi pada tahun 2021 dan mendefinisikan Korea Selatan sebagai 'musuh nyata' dalam sidang pleno Komite Sentral Partai Buruh pada Desember tahun lalu.

Penggunaan istilah 'Korea Utara adalah musuh' ini digunakan untuk pertama kalinya dalam 6 tahun sejak terakhir kali digunakan dalam Buku Putih Pertahanan Tahun 2016.

Buku Putih terbaru mencantumkan sejumlah pelanggaran Korea Utara akan Kesepakatan Militer 19 September yang dicapai antara kedua Korea pada 2018, dan tidak memuat perjanjian Kesepakatan Militer yang dimuat dalam buku putih sebelumnya.

Buku Putih 2022 juga menganalisis Korea Utara memiliki sekitar 70 kilogram plutonium dari hasil pemrosesan ulang nuklir dan sejumlah besar uranium dari hasil program pengayaan uranium yang dilakukan.

Buku Putih Tahun 2020 memuat perkiraan bahwa Korea Utara memiliki 50 kilogram plutonium, yang berarti bahwa jumlah plutonium yang dimiliki Korea Utara saat ini telah meningkat 20 kilogram. 

Buku Putih Pertahanan terbaru tersebut memperkenalkan 7 jenis rudal baru yang sedang dikembangkan Korea Utara dan tidak memuat 3 jenis rudal lama Korea Utara yang telah tidak digunakan lagi.

Sementara itu, Jepang yang dideskripsikan sebagai 'negara tetangga' dalam Buku Putih Pertahanan Tahun 2020, dalam edisi terbaru disebut sebagai 'negara tetangga yang dekat'.

Terkait Perjanjian Keamanan Umum Informasi Militer (GSOMIA) dengan Jepang, tertulis bahwa pertukaran informasi yang diperlukan berjalan dengan normal.