© YONHAP News

Pada tanggal 2 Maret setiap tahun, Korea Utara mengadakan acara menanam pohon secara besar-besaran. Tahun ini harian pemerintah Rodong Sinmun melansir, sebanyak 2,8 juta pohon telah ditanam. Korea Utara mengerahkan penduduk dalam acara menanam pohon besar-besaran setiap tahun, tetapi gunung dan hutan negara itu tampak masih tandus atau gundul. Luas hutan Korea Utara pernah dihitung sekitar 8,99 juta hektar atau 73% dari luas tanah seluruh negara. Namun Organisasi Pangan dan Pertanian PBB memperkirakan luas area tanah Korea Utara turun menjadi 8,2 juta hektar pada tahun 1990 dan selanjutnya menjadi 5 juta hektar pada tahun 2015. Artinya sebanyak 4 juta hektar hutan atau 44% dari total hutan di negara itu telah hilang. Hilangnya hutan terutama disebabkan oleh kesulitan ekonomi negara. 

Kerusakan hutan membuat Korea Utara rentan terhadap bencana alam seperti banjir, kekeringan dan tanah longsor. Misalnya, provinsi Hamgyeong di bagian timur laut dilanda banjir besar saat topan yang kuat melanda pada tahun 2016. Untuk memperbaiki situasi itu, pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mendorong kampanye reboisasi sejak ia berkuasa pada tahun 2011. Dalam pidato tahun barunya pada tahun 2015, pemimpin Kim Jong-un menginstruksikan pejabatnya untuk menutupi semua gunung di negara ini dengan warna hijau dalam 10 tahun ke depan. Menyusul KTT antar Korea pada bulan April tahun lalu, proyek kerja sama antar-Korea yang didorong pemerintah adalah menanam pohon di hutan gundul di Korea Utara. 

Sekarang, Korea Selatan siap bekerja sama dengan Korea Utara untuk reboisasi. Menurut rencana, keduanya akan memproduksi satu juta pohon muda per tahun di sebuah pembibitan pohon baru yang akan dirampungkan tahun ini di kota perbatasan Goseong, provinsi Gangwondo. Sejalan dengan kemajuan dalam proses denuklirisasi di Semenanjung Korea, kerja sama kehutanan lintas batas antara kedua Korea juga diharapkan akan berhasil untuk membuat hutan di seluruh semenanjung Korea menjadi lebih hijau dan lebih sehat.