Warta Berita

Semenanjung Korea, A to Z

Kumpulan Isu

Latar Belakang dan Prediksi tentang Sebutan Korut Terkait KTT Korut-AS

Isu Sepekan2018-05-20
Latar Belakang dan Prediksi tentang Sebutan Korut Terkait KTT Korut-AS

Wakil Menteri Luar Negeri Korea Utara Kim Kye-gwan pada tanggal 17 Mei mengatakan bahwa pihaknya tidak tertarik pada dialog yang hanya memaksa penyerahan nuklir, sehingga kembali mempertimbangkan rencan KTT Korut dan AS.

Kim juga mengkritik bahwa pejabat tinggi AS termasuk Penasihat Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Bolton menyinggung Korea Utara dengan ungkapan terkait denuklirisasi, seperti 'penyerahan nuklir dahulu kemudian imbalan', 'cara Libia' dan ' penghapusan lengkap nuklir, rudal, dan senjata kimia biologi'.

Kim bersikeras bahwa AS tidak cermat karena membandingkan Korea Utara yang telah memiliki nuklir dengan Libia yang baru mulai mengembangkan nuklir.

Terikat soal imbalan setelah penyerahan nuklir, Kim mengatakan negaranya tidak pernah bergantung pada AS, terlebih untuk mengembangkan ekonomi negaranya dan tidak juga tidak akan bernegosiasi seperti itu.

Pihaknya menambahkan, syarat denuklirisasi yang diinginkan Korea Utara adalah AS menghentikan kebijakan permusuhan dan ancaman nuklir.

Kemudian, Kim menyebut, jika pemerintahan Trump duduk di meja dialog dengan sungguh-aungguh, mereka akan mendapat respon yang sesuai.

Dengan demikian, Korea Utara dengan keras menentang pendapat Bolton untuk denuklirisasi secara penuh, terverifikasi dan tidak dapat diubah (CVID) dan pengiriman nuklirnya ke AS.

Korea Utara juga mengungkapkan ketidakpuasan bahwa AS belum menyatakn langkah-langkah untuk mempertahankan sistem pemerintahan Pyongyang, meskipun sering menyebut imbalan ekonomi.

Dengan demikian, menurut perkiraan, Korea Utara ingin meningkatkan daya negosiasinya dengan menghentikan permintaan AS yang semakin kuat terkait denuklirisasi.

Sebutan Wakil Menteri Luar Negeri Korea Utara ini dikeluarkan setelah membatalkan pertemuan tingkat tinggi antar-Korea secara sepihak dengan alasan latihan militer gabungan Korea Selatan dan AS.

Korea Selatan dan AS yang menginginkan denuklirisasi cepat ternyata bingung dengan sikap Pyongyang yang mendadakl berubah.

Oleh karena itu, Cheongwadae menyatakan pihaknya berupaya untuk mengetahui maksud Korea Utara dengan benar sedangkan AS menegaskan pihaknya memiliki 'cara Trump', bukan 'cara Libya' dalam urusan denuklirisasi Korea Utara.

Kondisi seperti ini memperlihatkan masih akan banyak krisis sampai KTT Korut-AS.

Berita Terbaru